Penyesatan Menggunakan Ajaran Setan (Jelajah PB 848)

1 Timotius 4:1-5

Ada banyak nasihat yang diberikan oleh Paulus kepada Timotius, karena Timotius menjadi gembala di jemaat Efesus sekaligus menjadi pengajar di sekolah teologi yang didirikan oleh Paulus di Efesus. Pada saat itu ada ajaran sehat yang disampaikan di Efesus. Ajaran itu berusaha untuk mencampurkan pengajaran kekristenan dengan Yudaisme. Karena itulah Paulus memberi tugas kepada Timotius untuk membereskan semuanya itu.

Roh Kudus dengan tegas mengatakan bahwa akan ada saatnya nanti, banyak orang akan murtad serta mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan. Arti murtad di sini adalah meninggalkan iman kepada Yesus Kristus. Mereka dulu beriman kepada Yesus Kristus, tetapi kemudian memutuskan untuk meninggalkan Yesus Kristus, tidak percaya lagi kepada Yesus Kristus. Banyak ajaran setan yang dibalut dengan kekristenan, dicampuradukkan dengan kekristenan, supaya tidak terlihat sesat. Iblis bisa menggunakan orang-orang Kristen yang tidak kuat iman untuk melakukan semuanya ini. Mereka kurang iman tetapi cukup berpengaruh di dalam jemaat atau masyarakat. Gereja bisa dipengaruhi oleh orang-orang seperti ini. Bisa jadi gereja yang awalnya mengajarkan kebenaran, bisa bergeser sedikit demi sedikit, seiring berjalannya waktu, akhirnya mengajarkan hal-hal yang tidak lagi sesuai dengan firman Tuhan.

Inilah yang membuat orang Kristen seharusnya rajin untuk belajar firman Tuhan, menggunakan Alkitab dan akal budi yang sehat untuk meneliti dan merenungkan firman Tuhan. Penyesatan yang lebih cepat akan terjadi jika ada pelayan-pelayan Tuhan yang tidak mengerti kebenaran dengan baik, mereka mengajar di gereja. Sekolah teologi menjadi salah satu sarana penting untuk membentuk orang-orang yang awalnya memiliki motivasi yang murni untuk melayani Tuhan. Jika sekolah teologi tersebut diajar oleh orang-orang yang meragukan kebenaran firman Tuhan, maka masa depan gereja akan sangat suram. Gereja tidak akan bisa lagi menjalankan tugasnya sebagai tubuh Kristus, sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran.

Ada banyak hal-hal asing, yang bukan dari Alkitab yang dibawa masuk ke gereja. Ada banyak tradisi dan kepercayaan yang bukan dari Alkitab yang dilakukan dan diselenggarakan di dalam jemaat. Semuanya itu dirohanikan dan dianggap sebagai tradisi atau kebiasaan gereja. Bahkan jika ada orang yang tidak setuju dengan hal-hal tersebut, kita yang dianggap salah dan sesat oleh mereka. Segala sesuatu jadi terbalik. Jika diberi argumentasi bahwa hal itu tidak ada di dalam Alkitab, maka alasan yang paling sering digunakan adalah kontekstualisasi.

Beberapa ciri khas penyesatan yang terjadi pada waktu itu disebutkan beberapa, antara lain: melarang orang kawin dan melarang orang makan makanan yang diciptakan Tuhan. Hal ini jelas bertentangan dengan firman Tuhan. Jika kita kembali mengingat syarat penatua atau diaken yang pernah kita bahas, salah satu syaratnya adalah mereka sudah memiliki istri. Seorang gembala akan menggembalakan semua kalangan, termasuk laki-laki dan perempuan, sehingga memerlukan penolong untuk ambil bagian dalam penggembalaan tersebut. Soal makanan, Paulus menjelaskan lebih lanjut bahwa semua yang diciptakan oleh Tuhan itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram atau najis, jika diterima dengan ucapan syukur. Semua makanan itu telah dikuduskan oleh firman Tuhan dan oleh doa. Di Perjanjian Lama memang ada larangan, tetapi semuanya itu berkaitan dengan ibadah simbolik. Ketika Yesus, yang disimbolkan oleh ibadah itu telah datang, maka tidak ada lagi makanan yang haram.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top