1 Timotius 2:11-13
Ayat ini menjadi ayat yang kontroversi, karena Paulus dianggap sebagai rasul yang tidak menghargai posisi perempuan. Di ayat 11 dan 12 dengan sangat jelas dikatakan, “Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.” Ayat ini jarang sekali disampaikan dan dikhotbahkan, karena bisa saja menyakiti kalangan tertentu. Tetapi ayat ini juga penting, karena disampaikan oleh rasul Paulus di dalam surat penggembalaan. Surat penggembalaan sendiri berisi tentang aturan yang berkaitan dengan penatalayanan di gereja atau jemaat. Jika ayat ini tidak bisa kita terima, itu artinya sama saja kita pun tidak bisa menerima semua ayat lain yang ditulis oleh Paulus. Ayat ini bukan kiasan atau simbolik, melainkan pernyataan langsung dari Paulus.
Paulus memberikan surat penggembalaan ini kepada Timotius, supaya Timotius menertibkan segala sesuatu di jemaat Efesus. Paulus juga menuliskan alasan ayat tersebut disampaikan, di ayat 13-15. Memang ada yang menafsirkan bahwa ayat tersebut muncul hanya untuk konteks pada zaman itu, karena pada waktu itu perempuan tidak mendapat kesempatan untuk ikut dalam pendidikan. Penafsiran tersebut menjelaskan bahwa ayat itu tidak bisa dipakai untuk zaman sekarang. Tetapi penafsiran tersebut tidak dijelaskan atau tersirat di dalam Alkitab di bagian manapun. Alasan yang dikemukakan oleh rasul Paulus adalah: “Karena Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah Hawa.” Alasan Paulus bukan karena pendidikan, bukan juga karena kebiasaan atau budaya pada waktu itu. Alasannya adalah karena Adam yang pertama dijadikan, lalu Hawa.
Sejak Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan, Tuhan sudah menetapkan bahwa laki-laki yang memimpin dan perempuan adalah yang dipimpinnya. Selaras dengan hal tersebut, di dalam Efesus 5:22 dikatakan, “Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan.” Di ayat 24 dikatakan, “Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suaminya dalam segala sesuatu.” Selanjutnya di ayat 25 dikatakan, “Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.” Semua perintah Tuhan yang disampaikan oleh rasul Paulus itu harmonis dan selaras, tidak saling bertentangan. Ketetapan di dalam rumah tangga tidak bisa bertentangan dengan ketetapan yang ada di jemaat. Rumah tangga disebut sebagai rahasia Tuhan yang besar. Di dalam Efesus 5:32 dikatakan, “Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.” Sekali lagi ini bukan soal kebiasaan atau kebudayaan, tetapi karena Tuhan telah menetapkan sedemikian rupa.
Banyak rumah tangga yang berantakan karena tidak mengikuti petunjuk ini. Laki-laki dan perempuan setara di hadapan Tuhan dalam hal memperoleh keselamatan. Tetapi dalam hal struktur di dalam keluarga, Tuhan sudah menetapkan tugas dan fungsinya masing-masing. Keluarga hancur berantakan ketika tugas dan fungsi yang sudah ditetapkan itu diabaikan. Mari kita merenungkan hal ini: jika hubungan suami istri ada masalah, jika kita mau menarik pada akar permasalahannya, maka penyebabnya hanya dua: jika bukan karena istri yang kurang atau tidak tunduk kepada suami, maka suami yang kurang atau tidak mengasihi istri. Sebenarnya sesederhana itulah akar persoalan yang sering terjadi pada rumah tangga, tetapi akibatnya fatal. Artinya, pertengkaran dan kekacauan di dalam rumah tangga terjadi karena masing-masing tidak melakukan ketetapan yang Tuhan sudah berikan.
Views: 0