Menolak Hati Nurani Yang Murni (Jelajah PB 838)

1 Timotius 1:18-20

Timotius mendapatkan tugas untuk mengajarkan kepada jemaat, supaya tidak terjadi banyak penyimpangan pengajaran. Di Efesus sudah mulai banyak penyimpangan, karena kota Efesus sangat strategis. Apalagi di kota itu telah didirikan sekolah Teologi. Jika yang diajarkan di sekolah tersebut pengajarannya menyimpang, maka akan berdampak luas terhadap penyesatan. Pengajaran yang salah itu akan diajarkan oleh para alumni sekolah Teologi tersebut ke kota-kota lain. Sepertinya pernah ada nubuat bahwa Timotius akan menjadi gembala, sehingga Paulus mengingatkan tentang hal itu kepada Timotius. Gembala yang baik harus bertanggungjawab atas penggembalaan dan pengajaran di jemaat. Seorang gembala tidak bisa membiarkan semua pengajaran masuk ke dalam gereja. Perlu disaring, sesuai dengan doktrin atau pengajaran yang telah diuji kebenarannya. Timotius sendiri terus diingatkan bahwa ia mengemban sebuah tanggung jawab yang besar, yang sudah dinubuatkan sebelumnya.

Beberapa orang di Efesus telah menolak hati nuraninya yang murni yang berakibat iman mereka menjadi kandas. Ketika saudara membaca renungan firman Tuhan ini, saudara bisa menilainya dengan hati nurani yang murni. Jika yang disampaikan tersebut diuji dan benar, maka kita tidak bisa menolaknya. Ketika kita menolak kebenaran, sama artinya dengan menolak hati nurani yang murni. Hati nurani diberikan oleh Tuhan supaya manusia peka terhadap kebenaran. Orang yang tahu bahwa dirinya melakukan hal yang salah, maka ia telah menolak hati nurani yang murni. Penolakan seperti ini akan mempengaruhi kondisi tubuh orang tersebut.

Sama halnya ketika kita mendengarkan khotbah, maka sebaiknya kita mendengarkannya dengan hati yang murni. Kita menguji semua pengajaran dan melakukan kebenaran yang telah diuji. Kita sendiri bisa menguji kebenaran tersebut, dengan belajar lebih dalam. Salah satu cara untuk menguji kebenaran adalah dengan rajin membaca renungan ini dan melihat kembali ke dalam Alkitab. Jika kebenaran itu masuk akal dan sesuai, maka kita harus menerimanya dengan kerendahan hati. Kita tidak bisa menyombongkan diri atau menolak kebenaran, karena akan berakibat tidak baik bagi hati nurani kita.

Orang-orang Farisi dan ahli Taurat, mereka adalah orang yang tahu tentang kebenaran. Mereka tahu tentang hukum Taurat dan kedatangan Mesias. Tetapi mereka tidak menerima Yesus sebagai Mesias. Itulah salah satu contoh menolak hati nurani yang murni. Mereka menolah Yesus sebagai Mesias karena ada kepentingan pribadi yang dipertahankan. Memang tidak semua orang Farisi dan ahli Taurat menolak Yesus sebagai Mesias. Orang-orang seperti inilah yang mau merendahkan diri, membuka hati mereka sehingga hati nurani mereka peka. Orang-orang seperti ini yang mendapatkan kesempatan untuk mengalami pemulihan dan pertumbuhan iman.

Paulus menyebut ada dua nama yang telah menolak hati nuraninya yang murni, yaitu Himeneus dan Aleksander. Hal ini sangat mengerikan dan jangan sampai nama kita pun dicatat seperti ini. Bahkan Paulus tidak segan-segan menyerahkan mereka kepada Iblis, supaya jera mereka menghujat. Mereka mungkin menjadi alat Iblis yang cukup efektif di Efesus dan sekitarnya. Kita perlu hati-hati, jangan sampai kita menjadi alat Iblis yang mengacaubalaukan pengajaran atau kesaksian. Penyesatan itu tidak terjadi dari luar, tetapi dari dalam.

Views: 34

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top