1 Timotius 3:5-6
Sebenarnya syarat menjadi gembala jemaat ini adalah syarat menjadi orang Kristen juga. Orang Kristen pun seharusnya hidup dengan karakter yang baik, yang telah disebutkan di ayat-ayat sebelumnya. Orang Kristen tidak boleh menjadi peminum (pemabuk) dan juga tidak boleh menjadi pemarah. Karakter-karakter yang disebut sebagai syarat menjadi gembala jemaat sama dengan karakter orang Kristen pada umumnya. Hanya saja beda di tugas dan fungsi, karena gembala memiliki peran untuk memimpin jemaat.
Karena itulah salah satu syarat menjadi gembala jemaat adalah mampu untuk mengepalai keluarganya sendiri. Semua orang Kristen, yang menjadi ayah, seharusnya juga mampu untuk mengepalai keluarganya sendiri. Dengan demikian mereka pun memiliki potensi untuk menjadi gembala jemaat, dengan cara memimpin orang lain juga dalam persekutuan jemaat. Menggembalakan jemaat disamakan dengan mengurus satu rumah tangga, yang terdiri dari istri dan anak-anak. Jika mengurus rumah tangga yang kecil saja tidak bisa, maka orang tersebut pun tidak akan bisa mengurus jemaat dengan baik.
Keadaan rumah tangga dari seorang gembala jemaat bisa menjadi ukuran untuk menilai keadaan dari gembala tersebut, apakah bisa memimpin keluarganya dengan baik atau tidak, untuk bisa menggembalakan jemaat dengan efektif atau tidak. Seorang gembala seharusnya bukan seseorang yang baru bertobat. Hal itu untuk menghindari supaya orang tersebut tidak menjadi sombong dan akhirnya kena hukuman Iblis. Orang bisa bertobat dan beralih dari mana saja. Mungkin dari agama dan kepercayaan lain, atau dari animisme dan ateis. Orang-orang tersebut perlu terlebih dahulu diberi pengajaran dan pemahaman kekristenan yang benar dan kuat.
Kekristenan menjadi kacau ketika ada orang-orang yang baru bertobat, atau tepatnya menjadi Kristen, tanpa diberi pengertian yang benar tentang kekristenan, mereka dibawa ke sana ke mari untuk bersaksi. Karena kalangan kita senang dan bersukacita, maka orang yang baru pindah agama tersebut diajak ke mana-mana untuk menyaksikan dan menceritakan perpindahan agamanya. Awalnya mungkin hanya bersaksi atau bercerita. Tetapi lama kelamaan, seiring berjalannya waktu dan pengalaman dalam bersaksi, tanpa sadar ia akan mulai berkhotbah. Dia akan mulai mengutip ayat-ayat Alkitab dan dibandingkan dengan kepercayaannya yang dulu. Tanpa ada pengajaran yang jelas, dia mendapatkan kesempatan untuk mengajar orang lain. Orang tersebut terlanjur terkenal, sehingga orang-orang yang mendengarkan kesaksian atau pengajarannya pun mengikuti apa yang ia katakan. Hal-hal seperti ini yang membuat kekristenan dan pengajarannya menjadi kacau dan bercampur aduk.
Lebih parahnya lagi orang tersebut membentuk persekutuan dan menjadi gembala di jemaat yang ia dirikan. Apa yang diajarkan dan disampaikan, tidak mengandung firman Tuhan yang utuh, karena memang ia tidak belajar teologi atau firman Tuhan dengan intensif. Isi pengajaran atau khotbahnya lebih banyak cerita, pengalaman, atau pengajaran-pengajaran moral yang normatif. Mereka bahkan bisa menjadi motivator dibalut dengan ayat-ayat Alkitab. Pengajaran yang disampaikan bisa menyenangkan banyak orang, menguatkan yang lemah, menghibur yang sedih. Apalagi jika ditambah dengan praktik-praktik mujizat dan pengusiran setan. Lengkap sudah kekacauan pengajaran kekristenan, yang membuat orang-orang Kristen kebingungan. Inilah runtutan peristiwa yang terjadi jika ada orang yang baru masuk Kristen diberi kesempatan untuk mengajar atau diberi jabatan dalam gereja.
Views: 31