Syukur Karena Kuat Iman (Jelajah PB 814)

1 Tesalonika 3:8-13

Jika jemaat Tesalonika teguh berdiri di dalam Tuhan, Paulus lebih bersemangat lagi. Inilah cara anak-anak Tuhan saling menguatkan satu dengan yang lain. Ketika kita bertemu dengan orang Kristen yang lain, kita juga bisa saling menguatkan satu dengan yang lain. Kita saling menyapa dan mendoakan, supaya sama-sama kuat dan teguh di dalam Tuhan. Paulus bahkan mengatakan hidup kembali, semangat pelayanannya makin menyala-nyala.

Yang membuat kita sedih adalah ketika ada orang Kristen yang undur imannya, yang menyangkal iman dan kompromi terhadap kebenaran. Kita sedih ketika orang Kristen semakin hari semakin suka mendengarkan pengajaran yang duniawi. Hal-hal semacam ini tidak akan memperkuat iman Kristen, tetapi membuat mereka menjadi lemah dan sering terjatuh. Lagu-lagu atau pujian yang dinyanyikan bukan untuk menguatkan iman, tetapi lagu yang ditujukan untuk menghibur diri sendiri, karena tekanan duniawi.

Paulus mengucap syukur dengan tidak henti-henti karena jemaat di Tesalonika kuat dalam iman. Diperkirakan mereka tidak kuat iman, tetapi ternyata perkiraan itu salah. Justru mereka kuat bertahan dan bertumbuh di dalam iman kepada Tuhan. Rasul Paulus siang dan malam berdoa dengan sungguh-sungguh, supaya ada kesempatan untuk bertemu dengan jemaat di Tesalonika. Paulus juga ingin menambahkan apa yang masih kurang pada iman jemaat di Tesalonika. Rasul Paulus merasa bahwa ia masih kurang dalam mengajar orang di Tesalonika, karena waktunya sangat singkat. Paulus pada waktu itu harus segera meninggalkan Tesalonika, karena diusir oleh orang-orang yang tidak suka dengan dia. Paulus masih ingin mengajar jemaat di Tesalonika, karena mungkin masih banyak hal yang belum disampaikan dan diajarkan kepada mereka.

Kerinduan seorang hamba Tuhan yang sungguh-sungguh melayani Tuhan adalah menambahkan pengetahuan dan mengajarkan kebenaran kepada jemaat yang dipercayakan kepadanya, supaya jemaat semakin kuat di dalam iman. Supaya iman orang yang sudah percaya kepada Tuhan semakin kuat dan berakar serta menjadi orang Kristen yang penuh pengertian. Masih banyak orang Kristen yang hanya ikut-ikutan melaksanakan kegiatan gereja dan hanya mencari berkat duniawi. Jika orang-orang Kristen yang seperti itu jumlahnya lebih banyak, maka mereka tidak akan kuat dalam iman. Mereka bisa berpengaruh buruk bagi yang lain.

Paulus berdoa supaya ada kesempatan lagi baginya bertemu dengan jemaat di Tesalonika, untuk mengajar dan melengkapi hal-hal yang masih kurang. Jika jemaat hidup di dalam kebenaran, maka yang selanjutnya diperlukan dan diharapkan adalah makin melimpah di dalam kasih. Anggota jemaat yang satu dengan yang lain bisa saling mengasihi. Kasih itu bisa dibandingkan. Kasih kita kepada orang dekat kita pasti lebih besar dengan kasih kita kepada orang yang jauh. Kasih kita kepada keluarga pasti jauh lebih besar dari kasih kita kepada orang yang bukan keluarga kita. Sampai pada tahapan bahwa kasih kita kepada Tuhan seharusnya lebih besar daripada kasih kita kepada semua manusia di dunia ini. Jika suatu saat kita menghadapi persoalan atau tantangan, maka Tuhan ingin melihat bahwa kita lebih mengasihi Tuhan daripada harta benda yang ada di dunia ini, yang ada di tangan kita. Kasih itu akan nyata melalui pembandingan. Paulus menginginkan jemaat di Tesalonika hidup dalam kekudusan, tidak bercacat di hadapan Tuhan, sampai Tuhan Yesus datang kedua kali ke dunia ini.

Views: 33

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top