Nubuatan dan Pewahyuan (Jelajah PB 822)

1 Tesalonika 5:20-28

Paulus memberi nasihat kepada jemaat di Tesalonika supaya tidak menganggap rendah nubuatan. Dalam hal ini kita harus mengerti bahwa pada waktu itu proses pewahyuan Alkitab masih berlangsung, sehingga nubuatan-nubuatan terus berlangsung. Nubuat adalah sesuatu yang diilhamkan oleh Tuhan kepada manusia di dunia ini. Pada saat itu nubuat disampaikan melalui nabi dan rasul. Jika hal ini terjadi di Perjanjian Baru, maka nubuat itu disampaikan oleh rasul dan juga oleh orang-orang Kristen dalam jemaat. Hari ini tidak ada nubuatan dari Tuhan. Jika ada orang yang bernubuat, ada dua kemungkinan: pertama, itu pasti bukan dari Tuhan atau kedua, yang disampaikan itu bohong. Jika seandainya orang tersebut berkata bahwa nubuat yang disampaikan sesuai dengan firman Tuhan dalam Alkitab, maka kita tidak perlu mendengarkan nubuatan orang tersebut. Yang perlu kita lakukan adalah belajar firman Tuhan yang sudah tertulis di dalam Alkitab, belajar dan merenungkan dengan sungguh-sungguh.

Proses pewahyuan sudah selesai pada saat kitab Wahyu selesai ditulis. Setelah itu tidak ada lagi pewahyuan. Karunia-karunia yang dipakai untuk proses pewahyuan adalah nubuat dan bahasa lidah. Jiak tidak ada pewahyuan lagi, maka tidak akan mungkin ada nubuat atau bahasa lidah. Jika kita percaya bahwa Alkitab yang ada di tangan kita pada saat ini adalah kanon tertutup, maka kita tidak perlu lagi percaya dengan orang-orang yang berkata bisa bernubuat atau berbahasa lidah. Kita cukup mempelajari Alkitab dengan sungguh-sungguh, merenungkannya dengan teliti, serta melakukannya dalam kehidupan kita sehari-hari.

Kita juga diajar untuk menguji segala sesuatu dan memegang yang baik. Menguji sama dengan menghakimi atau menelaah. Kita tahu bahwa saat ini banyak sekali pengajaran Kristen yang beredar. Alkitab sama tetapi pengajarannya berbeda-beda. Karena itulah, kita perlu menguji pengajaran yang kita dapat. Kita diberi dua alat oleh Tuhan, yaitu Alkitab dan akal budi. Kita bisa menggunakan kedua alat itu untuk menguji segala sesuatu dengan baik dan sehat. Tidak ada dua atau lebih kebenaran di dunia ini. Jika ada dua kebenaran, maka kita harus mengujinya dan salah satunya pasti tidak benar. Untuk memberi kesaksian yang baik, maka Paulus menasihati kita supaya menjauhkan diri dari segala kejahatan.

Di akhir surat 1 Tesalonika ini, Paulus berharap supaya jemaat di Tesalonika penuh dengan damai sejahtera dari Tuhan. Paulus menginginkan mereka terpelihara sempurna dan tidak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Sekali lagi Paulus menegaskan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Tuhan Yesus telah setia untuk menyelesaikan tugas-Nya sampai akhir. Ia akan menggenapi semua janji yang sudah disampaikan-Nya. Janji kedatangan-Nya itu tidak digenapi pada zaman para rasul. Mungkin akan digenapi pada zaman kita atau anak cucu kita. Meskipun demikian kita tidak perlu ragu akan janji Tuhan tersebut. Kita terus menanti-nantikannya, siapa tahu kedatangan-Nya justru pada saat kita masih hidup. Karena itulah, maka kita perlu menjaga hidup kita supaya tetap tidak bercela di hadapan-Nya. Ketika Ia datang, maka kita menyambut-Nya dengan penuh sukacita.

Paulus menginginkan surat ini dibaca untuk semua saudara, semua orang Kristen yang ada di Tesalonika. Ternyata tidak terbatas hanya di Tesalonika, bahkan sampai sekarang kita masih bisa membaca surat ini, sehingga kita mengetahui akan banyak rahasia ilahi yang disampaikan. Maka kita patut mengucap syukur akan semua itu.

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *