Galatia 6:1
Paulus ingin mengajar jemaat di Galatia supaya menjadi jemaat yang baik, jemaat yang memuliakan Tuhan dan bersaksi serta memenangkan jiwa. Jemaat ini seharusnya menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran bagi orang-orang di daerah Galatia. Di dalam kehidupan sebagai orang Kristen dan sebagai jemaat, sekalipun kita sudah diselamatkan, kita masih bisa terjatuh dalam dosa karena masih hidup di dalam daging. Banyak godaan yang terjadi di dunia ini, yang bisa menarik kita untuk tersandung dan jatuh dalam pencobaan. Masih ada kemungkinan bahwa orang yang sudah dilahirkan kembali bisa jatuh ke dalam pelanggaran dan dosa.
Mungkin banyak orang yang berpikir bahwa setelah mereka menjadi Kristen, maka mereka akan memiliki kehidupan yang sempurna. Ketika kita sudah bertobat dan percaya kepada Yesus, memang kita sudah menyadari dan menyesali dosa kita. Pada saat itulah Roh Kudus masuk ke dalam hati kita dan membuat kita memiliki hati yang kudus. Tuhan Yesus juga memberikan kepada kita posisi-Nya yang kudus. Yesus telah mengambil alih posisi kita yang berdosa dan terkutuk itu. Karena itulah, di atas kayu salib, Tuhan Yesus menjadi manusia yang berdosa dan terkutuk. Yesus berdosa dan terkutuk bukan karena diri-Nya sendiri, tetapi karena telah menggantikan kita. Yesus membawa dosa seluruh manusia yang ada di dunia ini, membawanya di atas kayu salib.
Kita masih hidup di dunia ini dan memiliki kewajiban untuk membangun karakter yang kudus. Untuk membangun karakter yang kudus, maka kita harus hidup seturut dengan kehendak Roh, bukan hidup menurut daging. Hal ini seharusnya menjadi tekad bagi semua orang percaya. Tetapi kondisi di dunia ini cukup kuat untuk menarik kita masuk dalam kedagingan, sehingga selalu ada kemungkinan untuk jatuh ke dalam dosa. Jika seorang kedapatan melakukan pelanggaran atau jatuh ke dalam dosa, maka saudara yang lain harus memimpin orang tersebut ke jalan yang benar dalam roh kelemahlembutan, supaya saudara yang lain itu pun tidak masuk dalam pencobaan yang sama. Yang merasa lebih rohani seharusnya menuntunnya, bukan mengejek atau menceritakan itu kepada orang banyak.
Sebagai orang yang lebih rohani, kita memiliki kesempatan untuk dibimbing. Jika kita yang jatuh dalam pencobaan, maka kita seharusnya minta bimbingan dari saudara seiman kita yang lebih kuat. Jika kita sebagai pembimbing, maka kita juga harus berhati-hati dan berjaga-jaga, supaya kita tidak ikut-ikutan jatuh ke dalam pencobaan itu. Ketika orang memberitakan Injil dan berkhotbah untuk mengajak orang-orang percaya dan setia kepada Tuhan, orang tersebut sedang melakukan peperangan rohani dengan Iblis. Iblis tidak akan tinggal diam. Bahkan pada saat Iblis gagal mencobai Tuhan Yesus, Iblis memang mundur, tetapi untuk mencari kesempatan lain menjatuhkan Yesus. Kita yang sudah melakukan pelayanan, terutama menyampaikan firman Tuhan, maka Iblis akan meningkatkan serangannya kepada kita. Usaha yang Iblis lakukan tidak main-main. Segala daya upaya dilakukan olehnya, karena kesempatannya makin sedikit.
Jika kita termasuk orang yang seperti itu, maka kita perlu untuk sangat berhati-hati dan berjaga-jaga. Iblis bisa sangat marah kepada kita. Ketika kita berkhotbah dan memberitakan kebenaran firman Tuhan, kita sedang perang terbuka terhadap Iblis. Isi pengajaran dan khotbah kita seringkali berisi hal-hal yang mempermalukan Iblis. Apalagi jika pengajaran kita itu membawa orang-orang yang mendengarnya menjadi percaya kepada Tuhan dan secara otomatis mereka sedang meninggalkan Iblis.
Views: 3