(2 Korintus 1:1-6)
Surat 2 Korintus ditulis oleh Rasul Paulus. Surat ini diperkirakan ditulis setelah Surat 1 Korintus selesai ditulis, yaitu sekitar tahun 55-56 M. Surat ini diperkirakan ditulis di Makedonia (bdg. 2 Kor 7:5; 8:1; 9:2-4). Surat ini diharapkan bisa menjadi berkat bukan hanya bagi jemaat di Korintus, tetapi juga bagi semua jemaat yang ada di provinsi Akhaya. Dalam pembukaan surat ini, Paulus menegaskan bahwa ia adalah rasul Yesus Kristus. Paulus juga menyebut nama Timotius, muridnya yang setia, yang mendampingi pelayanan Paulus. Paulus tahu bahwa jemaat di Korintus juga sangat menghargai Timotius. Timotius sangat giat dalam pelayanan bersama Paulus, termasuk pelayanan di Korintus.
Paulus menginginkan supaya jemaat di Korintus bisa sungguh-sungguh memiliki pengharapan kepada Tuhan, sebagai sumber penghiburan. Ada indikasi bahwa jemaat Korintus, setelah menerima surat yang pertama, maka terjadilah pemurnian jemaat di sana. Memang banyak terjadi ketidakberesan dalam jemaat tersebut, yang sudah disampaikan oleh Paulus di suratnya yang pertama. Banyak hal yang perlu ditertibkan di dalam jemaat di Korintus tersebut. Pengajaran-pengajaran yang salah juga perlu ditertibkan. Karena itu, terjadi tindakan pembersihan dan pemurnian jemaat. Kemungkinan terjadi beberapa pendisiplinan di jemaat. Hal-hal ini bisa membuat jemaat sedih, terluka dan kecewa karena penertiban itu. Tetapi hal itu harus dilakukan, supaya jemaat tetap bisa menjadi terang serta menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Karena itu Paulus menghiburkan mereka dengan pengharapan akan penghiburan sejati dari Tuhan.
Bukan hanya jemaat Korintus yang perlu penghiburan, Rasul Paulus sendiri juga perlu penghiburan. Pada saat akhir pelayanan Paulus di Efesus, pada saat Paulus menulis surat yang pertama, Paulus juga mengalami penganiayaan di Efesus. Karena itu, Paulus juga perlu penghiburan pada saat dia sedang dalam penderitaan. Setelah mengalami semua itu, Paulus merasa tetap mendapatkan penghiburan dari Tuhan. Paulus mengatakan bahwa dia mendapatkan bagian yang berlimpah-limpah dalam kesengsaraan Kristus. Tetapi Paulus tetap mengucap syukur, karena dia juga merasa bahwa dia mendapatkan penghiburan yang berlimpah-limpah dari Tuhan. Hanya orang yang menderitalah yang mendapatkan penghiburan. Karena orang yang tidak susah, mereka tidak memerlukan penghiburan.
Ketika Paulus menderita, itu bisa menjadi penghiburan dan keselamatan bagi jemaat di Korintus. Penderitaan Paulus terjadi karena perjuangannya untuk memberitakan keselamatan kepada jemaat di Korintus. Penderitaan Paulus bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Hari ini kita bisa membaca mengenai perjalanan pemberitaan Injil Paulus yang tidak mudah. Dia mengalami penderitaan yang sangat hebat. Semua dilakukan dengan semangat serta penuh dengan ucapan syukur. Apa yang pernah terjadi pada Paulus, seharusnya bisa menguatkan kita pada saat ini. Jika hari ini kita menderita, kita juga harus tahu bahwa para rasul juga telah menderita lebih daripada kita. Mereka adalah orang-orang yang telah mengasihi Tuhan dan mengasihi kebenaran, telah menderita terlebih dahulu untuk kita.
Dengan melihat apa yang telah diderita oleh para rasul, maka hari ini seharusnya kita bisa bertahan. Kalau para rasul tidak menderita, hari ini mungkin kita tidak akan bisa tahan dengan penderitaan, karena tidak ada contoh nyata. Kehidupan rasul Paulus bukanlah kehidupan yang mudah, tetapi dia bisa menikmati semuanya itu dengan ucapan syukur.
Views: 12