Menghakimi Perkara Yang Jelas (Jelajah PB 613)

1 Korintus 5:11-13

Ketika kita hidup di dunia ini, melakukan aktivitas dan pekerjaan sehari-hari, kita akan bertemu dengan banyak orang yang berbeda-beda. Kita tidak bisa menjauh dari mereka, karena mungkin kita pun sedang berdagang dengan mereka. Ada hal-hal yang kita perlukan juga dari mereka. Banyak di antara mereka yang cabul, yang kikir dan penyembah berhala. Paulus tidak melarang orang Kristen bergaul dengan banyak orang, tidak melarang bergaul dengan orang-orang yang memiliki moral rendah.

Yang Paulus tidak perbolehkan adalah bergaul dengan orang yang menyebut dirinya saudara (orang Kristen dalam satu jemaat) dan ternyata mereka adalah orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu. Kita harus memiliki sikap untuk tidak setuju dan menentang tindakan mereka. Jika ada orang Kristen dalam satu jemaat melakukan perbuatan moral yang tidak baik, maka kita harus menunjukkan sikap tidak suka dengan perbuatan yang dilakukan itu. Dengan demikian diharapkan bahwa setiap jemaat bisa berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku. Ternyata hal ini bukan urusan sepele. Hal ini dilakukan demi ketertiban sesama anak Tuhan. Di jemaat Korintus telah terjadi banyak hal yang tidak baik. Karena itu, mereka perlu diajar untuk berdisiplin dalam semua hal. Dengan orang-orang yang sudah dinasihati tetapi mereka tetap tidak mau bertobat, maka kita seharusnya memisahkan diri dari mereka dan tidak bergaul dengan mereka. Salah satu sikap yang ditunjukkan karena tidak suka dengan perbuatan mereka adalah dengan cara tidak makan bersama dengan mereka.

Ayat 12 sepintas sepertinya bertentangan dengan Matius 7:1 yang mengatakan, “Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.” Tetapi sebenarnya konteks yang terjadi sangat berbeda. Hal itu disampaikan oleh Yesus jika kita menghakimi menurut ukuran kita. Tetapi di dalam berjemaat, ada aturan yang dipakai untuk menghakimi orang. Ukurannya bukan kita tetapi firman Tuhan. Karena itu kita tidak perlu menghakimi hal-hal yang tidak pasti, yang tidak ada standar ukurannya. Hal-hal subyektif yang menyangkut perasaan, tidak bisa dihakimi. Di dalam jemaat, kita memang harus menghakimi. Ketika seseorang berkhotbah atau menyampaikan firman Tuhan, itu salah satu bentuk penghakiman. Ketika firman itu menegor kesalahan dan dosa orang, maka firman itu sedang menghakimi. Di dalam 2 Timotius 3:16 jelas dikatakan, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

Jemaat hanya diperbolehkan untuk menghakimi hal-hal yang jelas, yang memiliki bukti. Jemaat seharusnya juga menghakimi atau menilai pengajaran. Ada banyak pengajaran firman Tuhan disampaikan dan itu harus kita nilai. Jika pengajaran itu sesuai dengan Alkitab, maka kita harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Tetapi jika pengajaran itu menyimpang dari Alkitab, maka kita harus memutuskan untuk tidak melakukannya. Kita tidak menghakimi dengan perasaan kita, tetapi dengan sumber-sumber yang ada. Kita tidak boleh menghakimi dengan menggunakan ukuran kita, tetapi menghakimi dengan ukuran Alkitab.

Di dalam surat ini kita diajar untuk hidup berjemaat dengan baik. Karena itu, kita perlu mempelajari firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kita tidak bisa menghakimi orang-orang di luar jemaat, karena memang mereka tidak masuk dalam kesaksian jemaat kita.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top