1 Korintus 4:6-8
Paulus menegaskan bahwa kata-kata sebelumnya, yaitu tentang penghakiman atau tentang menjadi orang yang dapat dipercaya, itu semua dikenakan pada diri Paulus dan Apolos. Sebenarnya perkataan ini juga patut dikenakan kepada semua hamba Tuhan, supaya mereka patut untuk menjadi orang yang dapat dipercaya. Bahkan juga bisa dikenakan kepada semua orang Kristen, sehingga kita semua menjadi orang-orang Kristen yang dapat dipercaya. Kita seharusnya menjadi orang yang dapat dipercaya dan tidak melakukan tipu muslihat kepada orang lain.
Kita tidak bisa memegahkan diri atau menyombongkan diri, karena sebenarnya kita adalah penerima anugerah dan karunia itu. Tidak ada yang bisa kita usahakan, untuk kehidupan kerohanian kita. Semuanya itu adalah pemberian dari Tuhan. Ini yang Paulus ingatkan kepada jemaat di Korintus, serta diingatkan kepada kita juga. Yang bisa kita lakukan sebenarnya hanyalah mengucap syukur. Bukan kita yang hebat, tetapi Tuhanlah yang telah memberikan kita kesempatan untuk mendapatkan anugerah keselamatan.
Paulus juga menyindir orang-orang di Korintus. Mereka telah menjadi kenyang dan menjadi kaya. Mereka menyombongkan keadaan diri mereka. Bahkan Paulus mengatakan bahwa mereka telah menjadi raja. Ketika mereka mengatakan berada di pihak Paulus, dipihak Apolos atau di pihak Petrus (Kefas), mereka melakukan semua itu dengan menyombongkan diri masing-masing. Dengan berbuat demikian, sebenarnya mereka belum dewasa secara rohani. Mereka hanya ingin mencari kepentingan diri sendiri. Karena itu, bisa dibayangkan betapa kacaunya jemaat Korintus pada waktu itu. Mereka saling menjatuhkan dengan menggunakan nama-nama hamba Tuhan. Kondisi jemaat di Korintus sedang tidak sehat. Mereka tidak bisa menjadi contoh, tidak bisa menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Padahal kondisi mereka bisa mempengaruhi jemaat-jemaat di kota lain.
Di dalam satu jemaat, yang diperlukan adalah sehati sepikir. Tubuh Yesus Kristus adalah jemaat lokal, bukan seluruh kekristenan di dunia ini. Seluruh kekristenan di dunia ini tidak akan mungkin bisa sehati sepikir. Kita tidak mungkin bisa sehati sepikir dengan jemaat di kota lain atau di negara lain, karena tidak pernah berkomunikasi dengan mereka. Sehati sepikir bisa didapatkan jika kita bisa berkomunikasi dengan mereka secara rutin. Jika memang ingin berkelompok-kelompok seperti yang terjadi di jemaat Korintus, maka sebaiknya mendirikan jemaat yang lain. Dengan demikian, setiap jemaat bisa saling bersaksi. Tetapi yang paling penting, jika kita sudah ada di dalam satu jemaat, maka yang diperlukan adalah sehati sepikir di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Di dalam jemaat lokal, tidak perlu terjadi pertentangan. Ada banyak yang bisa dikerjakan, yaitu pemberitaan Injil di berbagai tempat. Jika jemaat disibukkan dengan pemberitaan Injil, maka persoalan-persoalan yang sepele bisa hilang begitu saja. Lebih baik energi di dalam jemaat dihabiskan untuk mengerjakan pemberitaan Injil, daripada hanya dihabiskan untuk sekedar perbedaan pendapat yang tidak menghasilkan apa-apa. Pemberitaan Injil perlu tenaga, pikiran dan pembiayaan yang cukup besar. Itu yang seharusnya menjadi fokus gereja pada saat ini. Gereja tidak boleh egois untuk kehidupan sendiri. Jemaat dan gereja berdiri, untuk menjadi terang bagi sekitarnya, untuk menjadi garam dan diharapkan bisa membawa pengaruh yang baik bagi orang-orang sekitar. Kita yang sudah mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan, tidak boleh egois. Kita juga harus memikirkan keselamatan orang-orang yang terhilang.
Views: 2