Disiplin Gereja (Jelajah PB 609)

1 Korintus 5:2

Dalam kondisi moral yang rusak di jemaat di Korintus, ternyata jemaat tersebut masih sombong. Jemaat di Korintus adalah jemaat yang kacau balau. Di dalamnya banyak orang yang sombong, yang tidak mau tunduk kepada pengajaran dan teguran yang disampaikan. Sebuah jemaat yang baik adalah jemaat yang memiliki disiplin yang tinggi. Pengajaran yang benar akan selalu diikuti oleh disiplin yang tinggi. Pengajaran yang benar akan selalu diikuti dengan kehidupan moral yang baik. Hal-hal ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, sepasang. Kriteria ini bisa dipakai untuk mengukur pengajaran sesat. Banyak pengajaran sesat di dunia ini yang diikuti dengan hal-hal yang tidak disiplin (kompromi) serta kehidupan moral yang buruk.

Karena ada kekacauan doktrin dan pengajaran, maka jemaat di Korintus menjadi kacau balau. Ada banyak hal yang belum mereka mengerti, sehingga kehidupan moral mereka sangat buruk. Apalagi jemaat Korintus tidak sehati sepikir. Mereka sombong dan tidak bisa bersatu dalam persekutuan yang utuh, tetapi membentuk kelompok-kelompok dalam jemaat. Karena itulah rasul Paulus sangat marah kepada mereka. Di pasal-pasal berikutnya nanti kita juga bisa melihat bahwa ternyata di antara jemaat di Korintus juga ada yang tidak mau mengakui kerasulan Paulus. Karena itulah Paulus mencela mereka dan mengatakan bahwa ini adalah jemaat yang sombong.

Jika sudah terjadi seperti itu, maka seluruh jemaat sepatutnya berdukacita, karena pada dasarnya jemaat adalah satu tubuh. Jika ada satu saja anggotanya sakit, maka itu akan sangat mempengaruhi bagian tubuh yang lain. Jika ada orang-orang seperti itu, maka jemaat lain harus bertindak, sehingga tidak mencemarkan jemaat. Paulus memberi tugas kepada mereka untuk menjauhkan orang yang telah melakukan percabulan itu dari tengah-tengah jemaat tersebut. Mereka tidak mengikuti nasihat Tuhan Yesus yang ditulis di dalam Matius 18:15-20. Tuhan Yesus telah memberikan aturan bagi jemaat cara menertibkan anggota jemaat, supaya semakin hari semakin terbangun karakternya. Jika ada anggota jemaat yang melakukan kesalahan, maka hak dari jemaat untuk menegornya. Yesus juga memberikan tahapan-tahapan untuk menegor orang tersebut. Jika sampai tahapan terakhir orang tersebut tetap tidak mau bertobat dan menyesal, maka jalan terakhir adalah mengeluarkan atau mengucilkan orang tersebut dari jemaat.

Ternyata jemaat Korintus tidak menegakkan aturan tersebut. Mereka diam-diam saja melihat kekacauan itu terjadi. Mungkin orang yang melakukan percabulan ini sangat berpengaruh di jemaat tersebut. Mungkin dia adalah salah seorang yang sangat terpandang, atau memberikan persembahan yang banyak kepada gereja. Jemaat Tuhan seharusnya tidak terpengaruh dengan hal-hal yang demikian. Kekudusan jemaat adalah prioritas, karena jemaat memiliki tugas yang sangat penting, yaitu menjadi saksi, menjadi terang, serta menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Ketika kita melakukan semua tahapan di atas, dasar kita adalah mengasihi dia supaya orang tersebut diselamatkan. Kita tidak boleh membencinya. Karena kita mengasihinya, maka kita menegor dia.

Jika orang tersebut tidak ditegor, maka dia akan tenggelam dan terbelenggu oleh dosa. Hal itu bisa membuat dia tidak bisa diselamatkan. Kalau sampai akhirnya orang tersebut dikeluarkan dari jemaat, kita tetap mengharapkan dia bertobat dan kembali lagi. Tetapi seandainya orang tersebut tidak bertobat dan justru bertambah jahat, dia sudah tidak berada di dalam jemaat lagi. Jemaat tidak terpengaruh lagi dengan apa yang dia perbuat di luar jemaat.

Views: 11

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top