Bahasa Lidah Masih Ada? (Jelajah PB 647)

1 Korintus 14:23-28

Jika seluruh jemaat sedang berkumpul dan setiap orang berkata-kata dengan bahasa lidah, lalu datanglah orang-orang tidak beriman, mereka bisa menganggap bahwa semua orang yang ada di situ gila. Tetapi jika dalam kumpulan tersebut, semua orang bernubuat dan masuklah orang yang tidak beriman atau orang baru, maka ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua. Dengan demikian, semua orang akan mengerti. Pada akhirnya mereka sujud menyembah Tuhan. Mereka bisa merasakan bahwa Tuhan sungguh-sungguh sedang berada di antara mereka.

Pada saat berbakti dan berkumpul salam satu jemaat, hendaklah tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang bermazmur, yang lain pengajaran atau penyataan Tuhan, atau karunia bahasa lidah serta karunia menafsirkannya. Seharusnya semuanya itu dipakai untuk saling memperlengkapi dan saling membangun. Karunia-karunia roh itu hanya berlaku untuk jemaat Korintus pada waktu itu, karena firman Tuhan belum tertulis secara lengkap dan proses pewahyuan masih berlangsung. Jika sifatnya tidak membangun, maka semua itu tidak boleh dilakukan. Pada waktu itu Paulus mengatur hal khusus mengenai bahasa lidah. Jika ada yang berkata-kata dalam bahasa lidah, dibatasi paling banyak tiga orang, itupun harus dilakukan secara bergantian dan harus ada orang lain yang menafsirkan.

Mungkin kita pernah ke gereja tertentu dan mereka menganggap diri memiliki bahasa roh. Lalu pemimpin jemaat tersebut mengajak semua anggota jemaat untuk berbicara dalam bahasa roh. Istilah bahasa roh tidak tepat, jika dilihat kembali dari bahasa asli Alkitab, yang tepat adalah bahasa lidah. Tetapi tetap saja ada kelompok-kelompok tertentu tetap mempertahankan istilah bahasa roh, termasuk di dalam Alkitab terjemahan Bahasa Indonesia juga masih tertulis bahasa roh. Inilah yang sering membuat pengajaran menjadi membingungkan. Ada baiknya bagi kita semua untuk mempelajari dan membandingkan, sehingga pada akhirnya kita memutuskan untuk melakukan yang tepat.

Semua karunia roh yang diberikan oleh Tuhan pada waktu itu berguna untuk membangun. Jika tidak membangun, sebaiknya tidak dilakukan. Paulus mengatur semuanya itu supaya kondisi pertemuan jemaat atau kebaktian menjadi tertib dan teratur. Jika tidak ada yang menafsirkan bahasa lidah, maka Paulus memberi peringatan kepada jemaat di Korintus supaya berdiam diri. Karunia berbahasa lidah dan menafsirkan bahasa lidah itu satu paket dalam jemaat. Jika tidak ada yang bisa menafsirkan bahasa lidah, maka sebenarnya Tuhan pun tidak ingin ada orang yang berbahasa lidah, karena pada perinsipnya semua bahasa lidah itu sia-sia jika tidak ada yang menafsirkannya.

Bahasa lidah adalah tanda bagi orang yang tidak beriman. Orang yang tidak beriman seringkali memerlukan tanda dan salah satunya adalah bahasa lidah. Dengan berbahasa lidah, orang-orang yang tidak beriman memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya sehingga ia pun merasa bahwa Tuhan sedang bekerja di dalam dia. Ketika dalam kebaktian tiba-tiba ada yang berbahasa lidah dan tidak ada yang menafsirkannya, maka Paulus memberi peringatan kepada jemaat di Korintus supaya mereka berdiam diri dan hanya boleh berkata-kata kepada diri sendiri dan kepada Tuhan. Orang yang berbahasa lidah pun tidak mengerti dengan apa yang sedang mereka katakan pada waktu itu.

Views: 1

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top