Tidak Mudah Mengubah Kebiasaan (Jelajah PB 434)

Kisah Para Rasul 10:17-23

Memang sulit untuk mengubah kebiasaan yang sudah turun temurun selama ribuan tahun. Itu juga yang dirasakan oleh Petrus. Sulit untuk mengubah kebiasaan, dari ibadah simbolik ke ibadah hakikat. Bangsa Yahudi memang bangsa yang keras kepala. Kita bisa melihat hal itu, terutama pada saat mereka dalam perjalanan di padang gurun, dari Mesir menuju ke tanah Kanaan. Dari hal itu kita bisa melihat bahwa bangsa Yahudi terkenal tegar tengkuk. Tetapi Tuhan memerlukan orang-orang yang demikian, untuk menjaga ibadah simbolik. Tuhan tidak akan mempercayakan penjagaan ibadah simbolik ini kepada orang-orang yang mudah kompromi.

Orang-orang Yahudi telah dibentuk secara keras. Mereka dibentuk melalui perbudakan di Mesir selama kurang lebih empat ratus tahun. Mereka adalah mantan budak, yang memiliki sifat yang keras. Mereka mendapatkan mandat untuk menjaga hukum Taurat. Mereka berhasil melakukan itu, yaitu menjaga hukum Taurat sampai kurang lebih seribu lima ratus tahun, dari zaman Musa sampai Yohanes tampil. Karena mungkin terlalu lama, maka mereka sudah menjadikan hukum itu sebagai adat istiadat yang turun temurun. Seharusnya mereka menjaga ibadah simbolik itu sampai yang memberikannya datang. Tuhan sudah datang dalam wujud manusia, yaitu Yesus Kristus. Yang disimbolkan sudah datang, tetapi mereka tetap menjaga ibadah itu, bahkan sampai sekarang.

Ketika mereka menyembelih domba atau mengorbankan domba, itu sebenarnya untuk menggambarkan tentang penyaliban Yesus. Jika Yesus, Sang Mesias itu sudah disalibkan, tidak perlu lagi dilakukan penyembelihan domba. Padahal Yohanes Pembaptis sendiri sudah mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia. Yesus Kristus adalah hakikat dari simbol-simbol yang ada di dalam Perjanjian Lama. Sejak saat itu, bangsa Yahudi sudah selesai tugasnya untuk menjaga ibadah simbolik. Saat ini, bangsa Yahudi bukan lagi menjadi bangsa yang istimewa di hadapan Tuhan. Saat ini, semua bangsa mendapatkan posisi yang sama di hadapan Tuhan, sampai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.

Petrus, gembala jemaat pertama di Yerusalem, dia juga orang Yahudi yang sulit untuk mengubah kebiasaan ini. Dia tidak mau memakan binatang yang disuruh untuk dimakan. Perlu ada suara dari langit yang berkata, “Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.” Jika sudah demikian, maka manusia tidak memiliki wewenang untuk menyatakan makanan haram. Tidak ada lagi makanan yang bisa menyebabkan kita najis. Boleh makan apa saja, tetapi tetap berhikmat. Di dalam 1 Korintus 6:12 dikatakan, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.” Makanlah yang berguna, yang bergizi dan bervitamin, bukan makan makanan yang membuat muncul penyakit.

Ketika Petrus masih bertanya-tanya di dalam hati tentang penglihatan itu, orang-orang dari Kaisarea sudah datang. Roh Tuhan berkata bahwa sudah ada tiga orang datang mencari Petrus. Roh Tuhan juga berkata supaya Petrus turun ke bawah dan berangkat bersama-sama dengan mereka. Orang-orang tersebut menceritakan semua yang sudah terjadi. Mereka menceritakan bahwa Kornelius telah mendapat penyataan dari Tuhan melalui malaikat. Petrus mempersilahkan mereka bermalam di situ dan keesokan harinya mereka berangkat bersama-sama ke Kaisarea. Ada beberapa saudara dari Yope yang ikut serta rombongan mereka menuju Kaisarea.

Views: 4

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top