Kisah Para Rasul 24:6-13
Tertulus, pengacara yang dibawa oleh Imam Besar menuduh Paulus sebagai penyakit sampar yang menimbulkan kekacauan di antara orang Yahudi. Pada waktu itu mereka menganggap bahwa kekristenan adalah sekte yang dipimpin oleh orang dari Nazaret, yaitu Yesus Kristus. Orang-orang Yahudi tidak rela untuk menyambut Yesus sebagai Juruselamat mereka. Mereka tetap melakukan ibadah Perjanjian Lama dan mengikuti hukum Taurat serta tradisi Yudaisme. Mereka tetap melaksanakan semua ketentuan di Bait Suci. Mereka tidak mau mengakui Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan yang sebenarnya telah disimbolkan oleh seluruh rangkaian ibadah simbolik Perjanjian Lama.
Kalau kita membaca Alkitab hari-hari ini, peristiwa tersebut adala peristiwa yang sangat menyedihkan. Tuhan telah berjanji untuk kirim Juruselamat, untuk menyelamatkan umat manusia. Orang Yahudi diberi tanggung jawab untuk menjaga ibadah simbolik, sampai yang disimbolkan tiba. Sampai yang disimbolkan (Sang Juruselamat) tiba, mereka menolak Dia dan tetap mau melaksanakan ibadah simbolik yang sebenarnya sudah tidak berlaku lagi. Sampai hari ini, orang-orang Yahudi tidak mau terima Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan itu. Sampai hari ini mereka masih mengharapkan dan menunggu kedatangan Juruselamat. Padahal nubuatan tentang kedatangan Mesias di Perjanjian Lama, saat ini tidak mungkin lagi bisa digenapi.
Paulus juga dituduh telah melanggar kekudusan Bait Suci. Hal itu dituduhkan kepada Paulus karena Paulus dianggap telah membawa orang non-Yahudi masuk ke Bait Suci. Padahal Paulus jelas tidak melakukan hal tersebut. Dengan dasar tuduhan palsu tersebutlah, maka orang-orang Yahudi hendak menangkap Paulus dan menghakiminya menurut hukum Taurat. Pada saat orang-orang Yahudi mau mencelakai Paulus, ternyata pasukan Lisias datang untuk mencegah dan merebut Paulus dengan cara kekerasan dari tangan orang-orang Yahudi. Tertulus telah menuduh Lisias melakukan kekerasan. Padahal sebenarnya orang-orang Yahudilah yang ingin melakukan kekerasan. Tertulus telah memutarbalikkan fakta yang sebenarnya.
Tertulus mengatakan semuanya itu dengan baik di hadapan Feliks, tetapi tidak sesuai dengan fakta. Orang-orang Yahudi yang hadir di situ juga mendukung apa yang disampaikan oleh Tertulus. Setelah itu, wali negeri memberikan kesempatan kepada Paulus untuk mengatakan pembelaannya. Paulus menyatakan bahwa memang Feliks telah bertahun-tahun telah menjadi hakim atas bangsa ini. Paulus juga menyampaikan fakta tentang apa yang dialaminya. Peristiwa yang dialami oleh Paulus di Yerusalem, tidak lebih dari dua belas hari yang lalu. Artinya, Feliks tentu bisa memastikan kebenaran dari peristiwa itu dengan lebih mudah. Sebenarnya tidak ada masalah yang dilakukan oleh Paulus di Yerusalem dan di Bait Suci.
Paulus tidak pernah melakukan huru-hara. Paulus hanya menyampaikan berita Injil. Berita Injil hanya diberitakan melalui perkataan. Jika ada orang yang percaya, mereka bisa mengikuti apa yang disampaikan oleh Paulus. Jika mereka tidak percaya, mereka juga bebas untuk meninggalkan pengajaran Paulus. Pemberitaan Injil yang sesungguhnya tidak akan pernah menimbulkan huru-hara. Jika pemberitaan Injil dilakukan dengan keributan, maka orang-orang tidak akan bisa mendengarkan pengajaran dengan baik. Bahkan orang-orang Yahudi pun tidak bisa membuktikan apa yang sedang dituduhkan kepada Paulus.
Views: 3