Kisah Para Rasul 24:14-18
Paulus mengaku bahwa ia berbakti kepada Tuhan yang disembah oleh orang Yahudi, tetapi dengan menganut Jalan Tuhan. Pada waktu itu, istilah Jalan Tuhan memang umum dipakai, karena belum ada istilah Kristen. Meskipun pernah disebut Kristen di Antiokhia, tetapi ternyata rasul Paulus lebih suka memakai istilah Jalan Tuhan. Memang, ketika kita hidup percaya kepada Yesus, kita memang sedang berada di Jalan Tuhan. Tuhan menjanjikan keselamatan melalui Juruselamat, mulai dari zaman Adam sampai sekarang. Tetapi orang Yahudi tidak mau menerima Jalan Tuhan ini. Mereka lebih memilih untuk memakai jalan mereka sendiri. Jalan Tuhan disebut oleh orang Yahudi sebagai sekte, padahal ini sebenarnya adalah jalan kebenaran.
Paulus percayakepada segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Taurat dan kitab para nabi. Sebenarnya bukan hanya Paulus, kita saat ini sebagai orang Kristen pun percaya dengan apa yang tertulis di dalam hukum Taurat dan kitab para nabi. Hukum Taurat sendiri menubuatkan tentang Tuhan Yesus. Jika tidak ada Hukum Taurat atau Kitab Perjanjian Lama, maka kita tidak akan tahu siapa sebenarnya Yesus itu. Hari ini kita tidak lagi memelihara hari Sabat seperti orang-orang Yahudi, karena hari Sabat masuk dalam ibadah simbolik. Yesus bukan membatalkan hukum Taurat, tetapi menggenapi hukum Taurat. Jika Sang Juruselamat yang disimbolkan oleh hukum Taurat sudah datang, maka semua yang disimbolkan itu sudah digenapi. Karena itu, hari ini kita tidak dibatasi lagi dengan hukum Taurat, termasuk hari Sabat. Yang kita lakukan bukan lagi hukum Taurat, tetapi hukum kasih karunia dari Tuhan Yesus Kristus.
Paulus juga menaruh pengharapan kepada Tuhan, sama seperti orang-orang Yahudi yang lain. Paulus percaya bahwa akan ada kebangkitan semua orang mati, baik orang-orang yang benar maupun orang-orang yang tidak benar. Bedanya, orang benar akan mendapatkan mahkota, sedangkan orang yang tidak benar akan mendapatkan hukuman. Karena itulah, Paulus terus berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Tuhan dan manusia. Orang yang hidup dengan hati nurani yang murni, tidak akan pernah berencana untuk membunuh atau menganiaya orang lain. Mereka tidak mungkin mempunyai keinginan untuk melakukan kekerasan atau kejahatan. Orang yang memiliki hati yang murni, tidak akan bisa benci kepada orang lain.
Sebagai orang percaya, kita tidak perlu benci dengan orang yang berbeda pendapat dengan kita. Jika ada orang yang tidak setuju dengan pengajaran kita, kita tidak perlu membenci orang tersebut. Pengajaran kekristenan kita tidak perlu dipaksakan kepada orang lain. Jika ada orang yang mengajarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka kita pun tidak perlu membenci mereka. Pada saat mereka bertanya tentang kebenaran pengajaran mereka, kita bisa mengatakan dengan sejujur-jujurnya. Karena itulah, kita bisa mencontoh apa yang dilakukan oleh Paulus, yaitu berusaha untuk hidup dengan hati yang murni di hadapan Tuhan dan manusia.
Paulus menjelaskan bahwa memang dia sengaja ke Yerusalem untuk mempersembahkan persembahan kepada Tuhan. Tetapi ternyata beberapa orang Yahudi dari Asia menemui Paulus dalam Bait Suci. Pada waktu itu masa pentahiran Paulus hampir selesai, tinggal memberikan persembahan. Tetapi pentahiran itu tidak tuntas dan Paulus sudah diamankan oleh kepala pasukan di Yerusalem. Paulus tidak melakukan keributan apa-apa di Bait Suci. Sebenarnya orang-orang Yahudi dari Asia itulah yang membuat keributan di Yerusalem.
Views: 6