Kisah Para Rasul 17:1-4
Paulus dan Silas berangkat dari Filipi menuju ke kota lain. Mereka mengambil jalan melalui Amfipolis dan Apolonia, lalu tiba di Tesalonika. Di dalam Kisah Para Rasul ini, kota demi kota ditulis secara detail, paling tidak nama-nama kotanya. Hal ini menunjukkan keotentikan atau keaslian dari tulisan ini. Ini menjadi bukti bahwa peristiwa yang ditulis oleh Lukas ini benar-benar pernah terjadi. Ini bukan cerita dongeng atau cerita yang dibuat-buat, tetapi ini merupakan kesaksian dari para penulis Alkitab serta mendapatkan tuntunan dari Roh Kudus.
Kita bisa membandingkan isi Alkitab yang ada di tangan kita pada saat ini dengan kitab-kitab lain yang muncul kemudian. Salah satu contoh adalah kitab Injil Barnabas yang muncul kemudian, tetapi isinya tidak otentik. Penulisan Injil Barnabas tidak sistematis dan bahkan sepertinya tidak mengenal dengan jelas daerah-daerah awal dari kekristenan.
Ketika Paulus dan Silas sampai di Tesalonika, seperti biasa mereka akan mencari tempat ibadah orang Yahudi (sinagoge). Mereka masuk ke sinagoge itu dan selama tiga hari Sabat berturut-turut mereka membicarakan bagian-bagian Kitab Suci (Perjanjian Lama). Biasanya di setiap sinagoge ada salinan kitab Perjanjian Lama. Mereka menerangkan dan menunjukkan bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati. Karena bangsa Yahudi pada waktu itu berada di bawah jajahan, maka kebanyakan dari mereka mengharapkan Mesias yang hadir itu adalah pahlawan yang akan membebaskan mereka dari penjajahan.
Karena harapannya seperti itu, maka ayat-ayat Kitab Suci yang biasa mereka baca selalu yang berhubungan dengan kedatangan Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan, secara duniawi. Itu adalah hal yang wajar. Tetapi, karena pandangan mereka yang seperti itu, maka Mesias yang menderita dan disalibkan, tidak disukai oleh mereka. Sama dengan hari-hari ini, banyak orang Kristen yang lebih senang mengenal Yesus yang selalu memberi berkat atau mujizat. Mereka tidak suka dengan “mengikut Yesus” yang terkesan menderita. Di dalam Roma 8:17 dikatakan, “Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.”
Paulus menjelaskan tentang Mesias yang menderita, yang kemudian bangkit. Mesias yang menderita menunjuk kepada Yesus Kristus yang telah disalibkan. Semua orang Yahudi pasti mendengar atau mengetahui peristiwa penyaliban Yesus Kristus. Kabar itu pasti sudah sampai di mana-mana, pada waktu itu. Apalagi peristiwa itu bersamaan dengan hari raya Paskah orang Yahudi. Pada waktu itu orang Yahudi dari berbagai kota berkumpul di Yerusalem. Ketika mereka kembali ke kota mereka masing-masing, maka mereka pasti akan menceritakan peristiwa tersebut.
Tetapi soal kebangkitan Yesus Kristus, tidak semua orang mengetahuinya. Yang menjadi saksi akan kebangkitan Yesus adalah murid-murid Yesus sendiri. Karena itulah para murid dan para rasul memberitakan juga kebangkitan Yesus Kristus tersebut kepada orang banyak, melalui pemberitaan Injil. Beberapa orang dari antara orang Tesalonika tersebut menjadi yakin dan menggabungkan diri dengan Paulus dan Silas. Termasuk sejumlah besar orang Yunani yang takut kepada Allah (sudah beragama Yahudi) dan tidak sedikit juga perempuan-perempuan terkemuka.
Views: 38