Iri Hati Menimbulkan Kekacauan (Jelajah PB 467)

Kisah Para Rasul 17:5

Orang-orang Yahudi, ketika mereka percaya kepada Tuhan, itu karena mereka memang keturunan Yahudi. Mereka wajib untuk beragama Yahudi atau Yudaisme. Tetapi orang-orang non-Yahudi, mereka percaya kepada Tuhan dan masuk atau beragama Yahudi, karena mereka memang mencari kebenaran. Karena itulah orang-orang non-Yahudi lebih mudah untuk menerima berita Injil. Di setiap kota yang dikunjungi oleh Paulus, ketika di kota tersebut ada sinagoge, maka orang-orang non-Yahudi yang biasanya cepat sekali menerima berita Injil dan bertobat. Orang-orang tersebut datang ke sinagoge bukan karena tradisi atau kewajiban, tetapi karena mereka mencari kebenaran, mencari Tuhan untuk disembah. Mereka yakin bahwa Tuhan yang disembah oleh orang Yahudi adalah Tuhan yang benar.

Dalam setiap pemberitaan Injil, Paulus sanggup membuktikan bahwa Mesias yang dijanjikan di dalam kitab Perjanjian Lama itu memang dinubuatkan akan menderita. Bagi orang-orang non-Yahudi, tidak ada halangan bagi mereka untuk percaya berita yang disampaikan oleh Paulus tersebut. Tetapi bagi kalangan orang Yahudi, pemikiran mereka tentang Mesias sangat berbeda. Mesias yang diajarkan atau diberitakan oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah Mesias yang akan membebaskan mereka dari penjajahan secara fisik. Selain itu, orang-orang Yahudi percaya kepada Tuhan bukan demi untuk mencari kebenaran, tetapi demi menjaga tradisi atau adat istiadat yang sudah dilakukan secara turun temurun.

Hal itulah yang menyebabkan orang-orang Yahudi menjadi iri hati. Iblis akan segera menghasut orang-orang seperti itu, yaitu orang-orang yang tidak mencari kebenaran tetapi mencari pembenaran. Bahkan mereka dibantu oleh beberapa penjahat dari antara petualang-petualang di pasar untuk mengadakan keributan dan mengacaukan kota Tesalonika itu. Di mana kita berpihak, disitulah sebenarnya posisi kita. Kita berteman dengan orang seperti apa, itulah sebenarnya diri kita. Teman kita menjadi cerminan bagi diri kita sendiri.

Kekristenan yang sesungguhnya, tidak akan menggunakan kekerasan sekecil apapun untuk memberitakan Injil atau mempertahankan dirinya. Kekristenan tidak menyetujui kekerasan dalam bentuk apapun dan dalam keadaan apapun juga. Di dalam sejarah tercatat bahwa ada gereja-gereja yang menganiaya sesamanya orang Kristen. Jika gereja-gereja melakukan hal tersebut, bisa dipastikan bahwa itu sebenarnya bukan gereja. Orang-orang yang tergabung di dalamnya pasti bukan orang yang lahir baru. Mereka memiliki status sebagai orang Kristen, tetapi sebenarnya mereka bukan Kristen. Jika mereka sungguh-sungguh Kristen, maka mereka tidak akan melakukan kekerasan, apalagi melakukan pembunuhan. Kekristenan yang sesungguhnya bisa kita lihat melalui perilaku dan kesaksian para rasul.

Orang-orang Yahudi yang dibantu oleh penjahat di pasar itu mengacaukan kota. Mereka menyerbu rumah Yason dengan maksud untuk menghadapkan Paulus dan Silas kepada sidang rakyat. Sebenarnya Paulus dan Silas tidak pernah memaksakan orang untuk percaya dengan apa yang disampaikannya. Tetapi orang-orang yang tidak suka dengan kebenaran, mereka selalu merasa tidak aman dengan pemberitaan tersebut. Tetapi demikianlah yang terjadi. Kebenaran seringkali menyakitkan ketika didengar oleh orang-orang yang memiliki pikiran dan perilaku jahat. Mereka tidak mau memperbaiki diri.

Views: 7

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top