(Kisah Para Rasul 20:17-21)
Paulus ingin berada di Yerusalem pada waktu hari Pentakosta. Pada waktu itu ibadah simbolik masih terus dilakukan oleh orang Yahudi, karena Bait Suci masih berdiri dan belum dihancurkan. Paulus sengaja hadir pada waktu hari-hari besar di Yerusalem karena itu adalah salah satu kesempatan bagi dia untuk memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi yang sedang berada di Yerusalem. Biasanya di hari-hari besar tersebut, orang-orang Yahudi dari seluruh dunia berkumpul di Yerusalem, untuk mengadakan ibadah simbolik. Hari-hari besar itu adalah hari Pentakosta, hari raya Paskah dan hari raya Pondok Daun. Pada waktu hari raya Pentakosta, Roh Kudus turun ke dunia. Pada hari Paskah, Tuhan Yesus disalibkan. Sedangkan hari raya Pondok Daun, belum ada peristiwa yang terjadi bersamaan dengan hari raya tersebut.
Paulus menyuruh seseorang dari Miletus untuk pergi ke Efesus. Paulus berpesan supaya para penatua (gembala) jemaat datang ke Miletus. Di dalam Alkitab, gembala, penatua dan penilik adalah satu sebutan untuk satu jabatan (bdg. Titus 1:5, 7). Sepertinya di Efesus sudah berdiri beberapa jemaat, sehingga sudah ada beberapa penatua yang melayani di kota Efesus. Para rasul tidak mendirikan gereja besar dalam satu kota, tetapi mendirikan banyak gereja. Semakin banyak gereja, maka semakin banyak terang yang bisa dipancarkan. Semakin banyak orang-orang yang bisa melayani Tuhan dan memberitakan Injil.
Ketika sejumlah penatua dari Efesus sudah datang di Miletus, maka Paulus berbicara kepada mereka. Paulus memberi kesaksian kepada mereka bagaimana dia hidup bersama para penatua itu di Efesus. Paulus melayani Tuhan dengan kerendahan hati. Orang yang melayani Tuhan akan takut kepada Tuhan. Dalam pelayanan itu, Paulus banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari orang-orang Yahudi yang mau membunuhnya. Memang tantangan Paulus pada waktu itu adalah orang-orang Yahudi yang belum percaya kepada Yesus, yang tidak ingin meninggalkan ibadah simbolik. Sekalipun orang-orang Yahudi tersebut mengaku diri sebagai orang yang taat kepada Tuhan, tetapi mereka terus mencoba membunuh Paulus. Mereka adalah orang yang selalu ingin menggunakan kekerasan dengan alasan agama. Sebenarnya Tuhan Yesus pernah terang-terangan mengatakan kepada mereka bahwa bapa mereka bukan Abraham, tetapi Iblis. Abraham tidak pernah melakukan kekerasan, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada zaman Yesus dan para rasul. Siapapun yang melakukan kekerasan untuk membela kepercayaannya, itu tidak benar.
Meskipun Paulus mengalami semua itu, tetapi dia tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus. Paulus tetap mengajar dan memberitakan Injil, meskipun tantangannya sangat berat. Paulus mengajar dan memberitakan Injil di perkumpulan-perkumpulan umum maupun perkumpulan di rumah-rumah orang yang sudah percaya. Ini menandakan bahwa pada saat itu memang banyak perkumpulan yang dilakukan di rumah-rumah. Sepertinya Paulus mendirikan jemaat dengan sistem Pemahaman Alkitab. Di kota Efesus berdiri banyak jemaat, yang sering berkumpul di rumah-rumah. Paulus senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan Yunani. Tujuannya supaya orang-orang tersebut bertobat kepada Tuhan dan percaya kepada Yesus Kristus. Paulus dalam hidupnya tetap konsisten untuk melakukan semuanya itu dengan setia.
Views: 26