Kekristenan Yang Tidak Murni (Jelajah PB 488)

Kisah Para Rasul 21:21-26

Kekristenan di Yerusalem menjadi tidak murni, karena bercampur dengan tradisi Yahudi. Tuhan lebih memakai jemaat Antiokhia untuk mengutus pemberita-pemberita Injil ke berbagai daerah dan tidak memakai jemaat di Yerusalem. Jemaat di Yerusalem tidak patut dicontoh, karena pengajarannya kacau dan tidak murni. Jemaat sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran dipindahkan, dari Yerusalem, kemudian ke Antiokhia dan akhirnya ke Efesus. Di akhir abad pertama, semua jemaat dan gereja mencontoh jemaat yang ada di Efesus. Di Efesus, Paulus mendirikan sekolah teologi, yang biasanya belajar di ruang kuliah Tiranus. Rasul Yohanes, tercatat menjadi gembala di Efesus, sebelum dia dibuang ke pulau Patmos.

Pada saat itu orang Yakobus berkata kepada Paulus bahwa Paulus telah mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa. Ketika menjadi Kristen, memang seharusnya mereka melepaskan diri dari hukum Musa. Hukum Musa adalah panduan pada saat masih menggunakan ibadah simbolik. Tetapi saat ini, ketika masuk ke zaman ibadah hakikat, maka yang harus dilaksanakan adalah perintah Yesus Kristus. Tidak perlu lagi ada pemaksaan sunat yang bertujuan untuk melakukan ibadah atau tradisi Yahudi.

Yakobus bukan rasul. Pauluslah yang rasul. Dalam kisah ini, Yakobus sedang melakukan hal yang salah, karena memerintah rasul Yesus Kristus. Yakobus memberikan perintah kepada Paulus untuk melakukan upacara pentahiran. Itulah sebabnya Tuhan mengizinkan Bait Suci di Yerusalem dihancurkan. Belasan tahun kemudian setelah peristiwa ini, sekitar tahun 70 Masehi, Jenderal Titus menghancurkan kota Yerusalem dan Bait Suci. Nubuatan Yesus terjadi, sehingga tidak ada lagi batu yang tersusun rapi, yang membentuk Bait Suci tersebut. Tuhan mengizinkan semuanya itu, supaya kekristenan menjadi murni dan orang-orang percaya tetap melakukan ibadah hakikat.

Sebagai orang percaya, kita harus sadar bahwa Iblis memakai orang-orang Kristen sendiri dan menyebabkan kekristenan menjadi kacau, khususnya dalam hal pengajaran. Iblis terus berusaha membuat kekristenan tidak murni. Kekristenan mudah sekali dicampuradukkan dengan kepercayaan lain yang ada di sekitar. Karena itu, kita harus menjadi orang Kristen yang terus waspada, mengawasi ajaran serta hidup di dalam firman Tuhan yang murni. Jangan sampai kita tercatat dalam sejarah, sebagai orang yang membuat kekristenan menjadi tidak murni.

Pengajaran mereka pada saat itu benar-benar kacau. Mereka masih membedakan antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Orang Yahudi harus tetap memelihara hukum Taurat dan melaksanakan tradisi-tradisi Yudaisme. Tetapi bangsa non-Yahudi lebih bebas, tidak diwajibkan untuk memelihara hukum Taurat. Mereka cukup bertobat dan percaya Yesus, tanpa dibebani dengan kewajiban-kewajiban hukum Taurat. Terlalu sulit untuk merubah tradisi yang sudah mendarah daging.

Hari ini, tidak mudah juga untuk mengubah tradisi gereja-gereja yang sudah lama dan sudah mendarah daging. Ada gereja-gereja yang melakukan tradisi-tradisi kesukuan atau kebiasaan-kebiasaan turun temurun. Itu baru puluhan tahun, sudah sangat sulit. Apalagi orang-orang Yahudi yang memiliki tradisi ribuan tahun.

Views: 5

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top