Kebenaran Injil yang Memerdekakan (Jelajah PB 464)

Kisah Para Rasul 16:20-24

Para rasul memiliki kewenangan untuk mengusir setan, karena itu telah diberikan oleh Yesus kepada mereka. Tetapi hari-hari ini orang Kristen tidak diperkenankan untuk mengusir setan, apalagi untuk pamer kekuatan. Di dalam Matius 7:22-23 Tuhan Yesus sudah memperingatkan dengan keras: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Jadi, yang harus kita lakukan saat ini untuk membebaskan orang yang kerasukan setan adalah dengan cara memberitakan Injil. Orang yang kerasukan setan berbeda dengan orang yang sedang dalam tekanan secara psikologis (sakit jiwa). Orang yang kerasukan setan masih ada waktu-waktu dia sadar, ketika dia tidak sedang dikuasai oleh roh jahat. Pada waktu itulah kita bisa memberitakan Injil kepadanya. Yohanes 8:31-32 menjadi kuncinya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Tuhan menginginkan kita melepaskan orang-orang yang dirasuki setan dengan cara memberitakan kebenaran. Jika kita mengusir setan dan orang tersebut ternyata tidak mengerti kebenaran, maka setan akan lebih mudah masuk lagi, bahkan membawa teman-temannya yang lain, sehingga kondisi orang tersebut semakin parah. Paulus pada saat itu mengusir setan karena memang dia terganggu dalam pelayanan pemberitaan Injilnya.

Di segala zaman, orang berani melakukan apa saja demi uang. Itu juga yang dilakukan oleh tuan-tuan dari perempuan itu. Mereka menyeret Paulus dan Silas untuk dihadapkan kepada penguasa. Mereka menuduh Paulus dan Silas sebagai pengacau kota. Paulus dan Silas dianggap sebagai orang Yahudi yang mengajarkan adat istiadat yang dilarang oleh orang-orang Rum. Ini tentu adalah fitnah, karena Paulus tidak mengajarkan tentang adat istiadat orang Yahudi. Justru Paulus tidak mau lagi memegang adat istiadat orang Yahudi. Paulus sedang mengajarkan kebenaran dari Tuhan. Karena fitnahan tersebut, maka orang banyak juga akhirnya bangkit menentang Paulus dan Silas. Ini adalah orang-orang yang tidak mau menerima Injil, karena Injil sifatnya adalah menegor orang yang berdosa.

Setiap orang berdosa yang tidak mau diyakinkan dengan kebenaran Injil, mereka akan sangat membenci Injil. Kita harus sadar bahwa pemberitaan Injil adalah sebuah peperangan rohani. Tidak ada orang yang memberitakan Injil dengan santai-santai dan tanpa persiapan. Segala sesuatu harus dipersiapkan dengan baik dan matang, sebelum kita memberitakan Injil. Karena itu Injil akan selalu ditolak oleh orang-orang yang tidak mau mendengarkan kebenaran. Mereka lebih menikmati hidup di dalam dosa daripada harus keluar dari belenggu dosa. Hidup di dalam dosa akan memberikan kenikmatan duniawi. Banyak orang tidak siap untuk kehilangan kenikmatan duniawi. Seringkali berita Injil menyakitkan hati orang-orang yang cinta dengan dosa.

Lalu para pembesar-pembesar kota itu menyuruh mengoyakkan pakaian dari tubuh Paulus dan Silas, kemudian mereka mendera Paulus dan Silas. Setelah beberapa kali didera dan disiksa, mereka kemudian dilemparkan ke dalam penjara. Sesuai dengan perintah, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.

Views: 5

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top