Menjelang Sabat Besar (Jelajah PB 383)

Yohanes 18:23-32

Tuhan Yesus berkata kepada penjaga yang menampar-Nya, jika memang Yesus salah, seharusnya penjaga itu menunjukkan salah-Nya. Tetapi jika memang apa yang dikatakan oleh Yesus itu benar, tidak ada alasan untuk menampar Dia. Ini sama dengan menjatuhkan hukuman kepada orang yang belum terbukti kesalahannya. Ketika orang Kristen dipercaya untuk menjadi seorang hakim, dia harus bertindak dengan adil, sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Dia harus benar-benar mendapatkan data dan bukti yang valid, sebelum memutuskan orang bersalah atau tidak. Jika seseorang terbukti benar, lalu hakim memberikan keputusan salah, maka itu adalah hal yang keliru. Demikian juga jika terjadi yang sebaliknya.

Simon Petrus masih berdiri di dekat perapian di halaman istana imam besar. Sepertinya wajah Petrus dikenal oleh banyak orang, sehingga beberapa orang yang ada didekatnya bertanya kepadanya, tentang identitas Petrus yang merupakan orang dekat Yesus. Tetapi Simon Petrus menyangkal itu semua. Bahkan ada seorang keluarga dari hamba yang telinganya dipotong oleh Petrus juga kenal dengan wajah Petrus, tetapi Petrus tetap menyangkal dan berkata tidak kenal dengan Yesus. Seketika itu berkokoklah ayam. Sepertinya Yohanes menulis kisah ini dengan sangat hati-hati, supaya tidak mempermalukan Simon Petrus. Yohanes hanya ingin menyaksikan bahwa apa yang pernah dikatakan oleh Yesus terjadi juga pada Simon Petrus.

Setelah itu mereka membawa Yesus dari istana Kayafas ke gedung pengadilan (di tempat Pilatus). Pilatus adalah seorang gubernur yang dikirim oleh pemerintahan pusat Romawi. Di setiap wilayah yang ditakhlukkan oleh Romawi, ada raja-raja yang sudah takhluk. Di Israel ada raja Herodes. Herodes Agung yang pernah memerintah pada zaman Tuhan Yesus lahir telah meninggal, dan wilayah kekuasaannya dibagikan kepada tiga anaknya. Pilatus mewakili kepentingan pemerintah pusat. Raja-raja setempat tidak mempunyai wewenang untuk mengadili seseorang sampai kepada hukuman mati. Hukuman mati hanya bisa diputuskan oleh pemerintahan Romawi dan yang mewakili adalah gubernur, yaitu Pilatus. Itulah sebabnya, maka mereka perlu membawa Yesus untuk menghadap Pilatus. Mereka tidak hanya ingin menghukum Yesus dengan hukuman cambuk kemudian melepaskan-Nya. Mereka menuntut Yesus untuk mendapatkan hukuman mati.

Orang-orang Yahudi tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya mereka tidak menajiskan diri karena mereka mau makan Paskah. Karena itulah Pilatus yang keluar untuk mendapatkan mereka. Ini menunjukkan bahwa hari itu adalah hari atau tanggal 14 bulan Nisan. Mereka akan potong domba dan makan Paskah. Biasanya mereka memotong domba pada jam tiga sore. Jadi bukan kebetulan jika Yesus Kristus juga meninggal pada hari itu pada jam tiga sore. Hari itu adalah hari persiapan dan keesokan harinya adalah Sabat Besar. Itu bukan Sabat rutin hari Sabtu, tetapi itu adalah hari Sabat Besar, hari Raya Paskah yang dirayakan setahun sekali, yaitu tanggal 15 bulan Nisan. Hari raya bangsa Yahudi merayakan hari untuk mengingat keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir.

Tuhan Yesus sudah mengatakan bahwa Dia akan dibunuh oleh orang-orang Yahudi. Pilatus sendiri harus mencari data untuk memutuskan semuanya ini. Pilatus mencari tuduhan apa yang dituduhkan oleh orang-orang Yahudi kepada Yesus. Pilatus memberikan usul supaya Yesus diadili sesuai dengan hukum Taurat, karena ini masalah agama. Tetapi orang-orang Yahudi meminta persetujuan kepada Pilatus, karena mereka ingin memberikan hukuman mati kepada Yesus.

Views: 2

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top