Jelajah PB 354 (Yohanes 11:45-57)

Mujizat Yesus terhadap Lazarus telah membangkitkan sejumlah orang untuk percaya kepada Yesus. Tetapi sebagian yang lainnya justru pergi kepada orang-orang Farisi dan menceriterakan apa yang telah dibuat Yesus. Sesudah itu, para imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Makhamah Agama untuk berkumpul. Mereka saling bertanya, apa yang harus mereka perbuat sebab Yesus telah membuat banyak mujizat. Sebenarnya, yang harusnya mereka lakukan sangat sederhana, yaitu percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan. Tetapi ternyata mereka memiliki pemikiran yang berbeda.

Pemikiran mereka bisa disimpulkan demikian: Jika mereka menerima Yesus sebagai Mesias, maka mereka juga akan menerima bahwa Yesus adalah Raja orang Yahudi. Jika ada raja yang duduk di atas tahta Daud, maka mereka akan dianggap menentang pemerintahan Romawi pada waktu itu. Jika hal itu terjadi, maka pemerintahan Romawi akan mengirim pasukan dan akan menghancurkan mereka semua. Mereka berkeyakinan bahwa pemerintahan Romawi lebih kuat daripada mereka. Seandainya mereka tahu bahwa Yesus adalah Mesias, mereka tidak akan berani mengakui-Nya karena mereka berpikir dari sudut politik. Memang itu yang akan terjadi dan kemungkinan besar Yesus akan disalibkan oleh pemerintahan Romawi karena dihitung sebagai pemberontak. Jika orang-orang Yahudi menerima Yesus sebagai Mesias, maka pemerintahan Romawi akan menyerang Yerusalem dan Yahudi. Mereka akan mengalami penganiayaan besar selama tujuh tahun. Hal itu sudah tertulis di dalam kitab Daniel.

Untuk mengamankan diri mereka, akhirnya Imam Besar pada waktu itu yang bernama Kayafas berkata bahwa lebih berguna jika satu orang mati untuk bangsa Israel daripada seluruh bangsa Israel binasa. Perkataannya itu bukan dari dirinya sendiri, tetapi itu adalah nubuatan. Yesus akan mati ternyata bukan untuk bangsa Israel saja, tetapi juga untuk mengumpulkan anak-anak Allah yang tercerai berai. Secara rohani hal ini benar, karena Yesus harus mati untuk menyelamatkan semua bangsa di bumi ini. Mulai hari itu, mereka sepakat untuk membunuh Yesus.

Sejak saat itu, Yesus tidak lagi tampil di muka umum, di antara orang-orang Yahudi. Yesus pergi ke padang gurun, yaitu ke Efraim. Di situ Ia tinggal bersama murid-murid-Nya. Yesus pergi bukan untuk bersembunyi. Yesus pergi untuk menunggu saatnya tiba sambil mempersiapkan para murid. Saat yang tepat bagi Yesus disalib adalah pada saat bersamaan dengan disembelihnya domba Paskah Yahudi, yaitu pada tanggal 14 bulan Nisan.

Memang pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah. Orang-orang yang dari luar Yerusalem itu pun mencari Yesus. Sepertinya mereka sudah banyak tahu tentang kabar mengenai Yesus. Sementara itu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi telah memberikan perintah supaya setiap orang yang tahu di mana Yesus berada untuk memberitahukan kepada mereka, agar mereka dapat menangkap Yesus.

Yesus sudah tahu bahwa saatnya sudah dekat, saat Dia akan dikorbankan. Dia akan disalibkan, bagaikan seekor anak domba yang di bawa ke pembantaian. Penyaliban Yesus Kristus sama seperti penyembelihan korban di Perjanjian Lama.

Views: 29

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top