Jelajah PB 336 (Yohanes 8:1-11)

Kisah mengenai perempuan yang kedapatan berzinah hanya tercatat dalam Injil Yohanes. Setelah sebelumnya Yesus hadir di dalam perayaan Pondok Daun, malamnya pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Yesus sudah berada lagi di Bait Allah. Banyak orang datang kepada-Nya untuk mendengar pengajaran dari Yesus.

Pada saat itu para ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa dan menuduh seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Hal yang aneh adalah ketika mereka tidak membawa laki-laki yang berzinah dengan perempuan itu. Memang di dalam hukum Taurat ada ketentuan bahwa orang yang kedapatan berzinah akan mendapatkan hukuman mati dengan cara dilempari batu sampai mati. Ada juga tradisi yang ada di sana, jika terjadi perzinahan di pemukiman (dalam kota) dan perempuan itu berteriak (minta tolong), maka perempuan itu dianggap sebagai korban pemerkosaan dan itu tidak dihitung sebagai perzinahan. Tetapi jika ternyata perempuan itu berdiam diri saja, maka dianggap melakukan perzinahan. Sepertinya inilah yang dituduhkan oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu kepada perempuan tersebut.

Apapun itu yang menjadi latar belakang peristiwa tersebut, sebenarnya para ahli Taurat dan orang-orang Farisi ingin menjebak Yesus. Mereka ingin tahu bagaimana cara Yesus menyelesaikan masalah tersebut. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah, lalu mulai memberikan tuduhan di depan Yesus dan orang banyak. Mereka sengaja menjelaskan hukum Taurat tentang perzinahan tersebut. Tetapi ternyata Yesus tidak menanggapi mereka. Yesus membungkuk dan menulis dengan jari-Nya di tanah. Tidak dijelaskan apa sebenarnya yang ditulis oleh Yesus di tanah tersebut.

Mereka tidak menyerah begitu saja dan mendesak Yesus dengan bertanya terus menerus. Lalu Yesus menjawab mereka, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melempar batu kepada perempuan itu.” Setelah berkata demikian, Yesus kembali membungkuk dan menulis lagi di tanah. Ternyata tidak ada yang berani memulai melempari perempuan itu dengan batu. Setelah mereka mendengar perkataan itu dan hati nurani mereka diyakinkan (KJV: being convicted by their own conscience) oleh tulisan Yesus di tanah, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Menarik ketika dicatat yang tertua pergi terlebih dahulu. Mungkin dia merasa telah melakukan dosa terlalu banyak dibandingkan dengan yang lain.

Dari sini kita bisa melihat bahwa sebenarnya tidak ada dosa besar atau dosa kecil. Apapun perbuatan yang melanggar firman Tuhan, itu adalah dosa. Kita tidak bisa menganggap bahwa dosa berzinah lebih besar daripada dosa berbohong. Mungkin akibatnya lebih besar berzinah daripada berbohong. Tetapi dosa tetaplah dosa. Itu semua tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Akhirnya hanya Yesus dan perempuan itu yang masih berada di tempat itu. Sebenarnya yang berhak untuk melempari perempuan itu dengan batu adalah Tuhan Yesus, karena Ia tidak berdosa. Tetapi Tuhan Yesus berkata, “Aku pun tidak menghukum engkau.” Yesus menyuruh perempuan itu pergi dan memberikan peringatan supaya tidak berbuat dosa lagi mulai dari saat itu. Juruselamat bertindak dengan penuh kasih. Dia belum bertindak sebagai Hakim. Juruselamat datang untuk menyelamatkan domba yang sesat. Dia yang datang untuk menyerahkan hidup-Nya bagi keselamatan orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Views: 17

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top