Hari Sabat Tidak Berlaku (Jelajah PB 320)

Yohanes 5:1-14

Di sini mulai kelihatan bahwa Yesus memang meniadakan hari Sabat (ayat 18). Ini membuktikan bahwa ibadah simbolik sudah selesai dan digantikan dengan ibadah hakikat. Yesus menghapus ketentuan hari Sabat, supaya kita tidak hanya menguduskan hari-hari tertentu. Ketentuan hari sabat adalah ketentuan untuk kebutuhan ibadah simbolik. Apa bedanya meniadakan dengan menggenapi? Jika Tuhan Yesus sudah datang ke dunia untuk menggenapi hukum Taurat, maka sebenarnya orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus tidak perlu lagi melakukan hukum Taurat. Orang-orang percaya harus sungguh-sungguh percaya kepada Yesus. Dan orang yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus akan memiliki perilaku yang lebih baik, bahkan lebih baik dari orang-orang yang melakukan hukum Taurat. Sekarang saatnya kita menyembah kepada sang Hakikat, yaitu Yesus sendiri, bukan menyembah simbol.

Karena itu, ketika Tuhan Yesus sampai di kolam Betesda, ketika ada orang yang sudah lumpuh selama tiga  puluh delapan tahun, Yesus menyembuhkannya. Kemungkinan besar orang ini sudah tua, di atas lima puluh tahun. Orang itu terbaring dan menungguh di kolam Betseda. Menurut tradisi, ada saatnya malaikat turun dan air kolam itu menjadi goncang. Siapapun yang lebih dulu masuk ke kolam yang airnya goncang, dialah yang akan disembuhkan dari penyakitnya. Jika dia sakit lumpuh, maka dia akan sulit bergerak dan tidak akan pernah bisa masuk ke kolam tersebut. Meskipun demikian, dia tetap berada di situ menunggu disembuhkan.

Kemudian datanglah Tuhan Yesus ke tempat itu dan bertanya kepada orang yang lumpuh tersebut, “Maukah engkau sembuh?” Yesus menyembuhkan orang tersebut. Tetapi sepertinya Yesus sengaja menyuruh orang tersebut untuk mengangkat tilam dan berjalan. Padahal sebenarnya Yesus bisa menyembuhkan tanpa harus menyuruh mengangkat tilam dan berjalan. Tempat tidur itupun sudah tidak berguna jika orang tersebut sudah sembuh. Inilah yang menyebabkan orang-orang Farisi yang memelihara ibadah simbolik (hari sabat) tanpa pengertian, menjadi marah. Mereka menganggap Tuhan Yesus telah melanggar adat istiadat. Tuhan Yesus telah melanggar perintah Musa untuk menjaga hari sabat. Kita bisa melihat bahwa sebenarnya orang Farisi tidak tahu untuk apa hari sabat tersebut. Mereka hanya menjalankan adat istiadat dan rutinitas tanpa pengertian. Ketika Tuhan Yesus mengubah ibadah simbolik ke ibadah hakikat, merekalah yang paling menentang hal itu.

Dikatakan bahwa peristiwa itu terjadi di hari sabat. Terjadi perdebatan antara orang lumpuh yang sudah disembuhkan itu dengan orang-orang Yahudi lainnya. Hal tersebut terjadi karena orang itu mengangkat tilam pada hari sabat. Orang yang disembuhkan itu pun tidak tahu siapa yang telah menyembuhkannya. Sedangkan Tuhan Yesus sudah menghilang dari tempat itu.

Kemudian Yesus bertemu dengan orang yang telah disembuhkan itu di Bait Allah. Yesus berkata kepada orang tersebut supaya bertobat dan tidak berbuat dosa lagi, supaya tidka terjadi peristiwa yang lebih buruk. Sepertinya orang tersebut hanya mendapatkan kesembuhan secara jasmaniah. Orang tersebut tidak melindungi orang yang sudah menyembuhkannya dan dia juga tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Bahkan sepertinya orang itu lebih takut dengan orang-orang Farisi dan ahli Taurat yang sedang mengadili dia gara-gara dia memikul tilam di hari sabat. Orang itu ingin mencari siapa sebenarnya yang sudah menyembuhkan dia dan kemudian melaporkannya kepada orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Seolah-olah orang yang sudah menyembuhkannya itu yang menyebabkan dia bersalah dan melanggar adat istiadat hari sabat. Jika orang tersebut melakukan dosa lagi, maka hidupnya akan menjadi lebih buruh. Bukan hanya kehidupan di dunia, tetapi dia pun akan mengalami kematian kekal dan itu lebih buruk dari apapun juga.

Views: 19

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top