Jelajah PB 281 (Lukas 21:1-4)

Pada saat itu Tuhan Yesus sudah ada di Yerusalem dan selalu ada di Bait Allah untuk mengajar banyak orang di sana, karena Dia tahu bahwa saat penyaliban-Nya sudah dekat. Tuhan Yesus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya supaya semakin banyak orang yang bisa mendengar pengajaran-Nya serta mengerti apa yang Dia sampaikan. Meskipun kita tahu bahwa orang Yahudi akhirnya menyalibkan Tuhan Yesus, tetapi Yesus sendiri tetap setia untuk mengajar kebenaran kepada mereka.

Suatu ketika Tuhan Yesus berada di dekat peti (kotak) persembahan. Di situ biasanya orang-orang memasukkan persembahan mereka, yaitu persembahan berupa uang. Yesus melihat, semua orang dari berbagai lapisan masyarakat, yang kaya, berkecukupan bahkan yang miskin, mereka mempersembahkan uang mereka kepada Tuhan. Pada zaman itu memang belum ada uang kertas, sehingga semua uang yang dipersembahkan dalam bentuk koin (logam). Bisa dibayangkan, jika orang kaya memberikan persembahan, mereka harus menyuruh orang untuk memikul koin yang banyak itu. Koin-koin itu akan dituang ke dalam peti persembahan, sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.

Pada saat itu, ada juga seorang janda miskin yang memasukkan uang yang nilainya sedikit, yaitu dua peser. Mungkin tidak akan menimbulkan bunyi sama sekali, karena uang itu sedikit sekali. Tuhan Yesus, yang mengetahui segala sesuatu, langsung memberitahukan kepada para murid bahwa sesungguhnya janda miskin itu memberi lebih banyak dari pada semua orang kaya lainnya. Memang cara hitung Tuhan Yesus berbeda dengan cara hitung orang yang ada di dunia ini, khususnya cara menghitung persembahan. Semua orang tahu bahwa orang-orang kaya pasti memberikan persembahan dengan jumlah yang lebih banyak daripada janda miskin ini.

Cara Tuhan Yesus menghitung persembahan bukan pada nilai dari uang tersebut. Tuhan Yesus menghitung berapa yang masih sisa yang ada pada kita. Yesus berkata, “Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” Semua uang yang dipunyai oleh janda miskin itu diberikan kepada Tuhan. Dia memberikan persembahan itu bukan karena dipaksa, bukan juga diberi janji bahwa apa yang dipersembahkannya akan kembali berlipat kali ganda. Janda miskin itu memberi karena dia mengasihi Tuhan. Dia merasa bahwa Tuhan sudah memberikan kasih karunia yang sangat besar kepada dia.

Saat ini banyak orang memberi persembahan dengan berbagai motivasi. Jika kita memberi persembahan karena termotivasi untuk mengasihi Tuhan, karena kita sungguh bersyukur karena menyadari Tuhan sudah memberkati kita terlebih dahulu, Tuhan telah memberikan kesehatan kepada kita, pemberian seperti itu sangatlah menyukakan hati Tuhan. Karena itu, alangkah indahnya jika kita datang kepada Tuhan untuk memberikan persembahan dengan motivasi yang benar. Sangat baik ketika kita memberikan persembahan karena ingin mendukung pekerjaan Tuhan di dunia ini. Pemberitaan Injil membutuhkan dana yang sangat besar.

Yang harus kita hindari, jangan kita memberi persembahan dengan mengharapkan kembali dari Tuhan berlipat kali ganda. Jangan menjadikan persembahan sebagai alat judi yang dibalut dengan hal rohani. Jika Tuhan mau membalas, itu adalah urusan Tuhan, jangan sampai kita yang berharap.

Views: 16

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top