Jelajah PB 216 (Lukas 9:7-9)

Herodes telah mendengar segala sesuatu yang dilakuan oleh Yesus. Dia ingin tahu siapa sebenarnya Yesus itu. Yang ia tahu pada saat itu hanyalah Yohanes Pembaptis yang telah berani menegur Herodes dengan keras. Yohanes sudah dipenggal kepalanya. Tetapi Herodes justru mendengar bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus lebih hebat daripada Yohanes. Ada banyak kabar simpang siur mengenai Yesus, yang sampai kepada Herodes. Ada yang mengatakan bahwa Yohanes telah bangkit dari antara orang mati. Ada juga yang mengatakan bahwa itu adalah Elia. Ada pula yang mengatakan bahwa Yesus adalah seorang dari nabi-nabi terdahulu yang telah bangkit.

Di zaman Herodes sudah banyak kabar simpang siur tentang Yesus, dan kabar simpang siur itu juga sampai pada zaman ini. Ada kelompok orang yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang menjelma menjadi manusia. Ada juga orang-orang yang menulis kisah-kisah tidak masuk akal tentang Yesus yang tidak tertulis di dalam Alkitab. Karena itu, ada saat di mana Yesus akan bertanya kepada para murid, siapa sebenarnya Dia menurut mereka. Karena sangat penasaran dan juga cemas, Herodes berusaha untuk bertemu dengan Yesus.

Cinta akan kedudukan dan kekuasaan membuat Herodes cemas. Sebagai seorang raja, bagi dia tidak ada orang lain yang lebih kuat atau terkenal dari dia di wilayah kekuasaannya. Yohanes Pembaptis yang terkenal baik dan mempunyai banyak murid serta pengikut sudah dilenyapkan. Herodes tidak peduli dengan semua yang terjadi akibat dibunuhnya Yohanes Pembaptis. Yang paling penting bagi dia, tidak boleh ada orang yang lebih hebat dan lebih terkenal atau berpengaruh daripada Herodes sendiri.

Nanti, pada saat Tuhan Yesus ditangkap untuk disalibkan, Yesus akan dibawa juga ke Herodes. Herodes mungkin berpikir bahwa Yesus ternyata tidak hebat karena terangkap juga dan akhirnya dihukum mati di kayu salib. Yang tidak dimengerti oleh Herodes bahwa memang Yesus tersalib, tetapi bukan karena Tuhan Yesus tidak hebat, tetapi karena Yesus sedang menanggung dosa seisi dunia.

Kecemasan Herodes mungkin juga bisa terjadi pada kita saat ini dalam bentuk lain. Ketika kita mendengar cerita atau membaca di media sosial bahwa ada orang-orang yang kita kenal, mereka ternyata bisa hidup sukses dan hebat secara duniawi. Biasanya akan ada rasa iri yang tersembunyi. Jika iri tersebut membuat kita semangat untuk meraih kesuksesan secara positif memang tidak bermasalah. Yang tidak benar adalah ketika kita menanggapi hal tersebut secara negatif dan akhirnya menjelekkan orang yang sedang sukses tersebut.

Dari kisah Herodes ini kita juga bisa belajar bahwa kebesaran hati itu penting bagi orang-orang yang saat ini diberi kesempatan untuk memimpin, di manapun berada. Pemimpin yang tidak memiliki kebesaran hati akan menciptakan konflik yang baru dalam kepemimpinannya. Tidak baik jika kita selalu memiliki rasa tidak aman dalam posisi kita, takut tersaingi. Jika hal itu terjadi pada kita, kita patut untuk mengoreksi diri kita, supaya kita tidak merasa lebih hebat dari orang lain. Jika Tuhan pada saat ini memberikan kesempatan untuk menempati posisi tertentu, maka kita harus sadar bahwa suatu saat posisi itu juga bisa digantikan oleh orang lain. Dengan kebesaran hati, maka ketika ada orang lain yang menggantikan kita, kita tidak akan cemas, tetapi kita akan merasa bahwa kita sudah selesai dengan apa yang sudah menjadi tugas kita, yang dipercayakan oleh Tuhan kepada kita.

Views: 11

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top