Jelajah PB 198 (Lukas 6:32-36)

Kasih yang diajarkan oleh Yesus sangat berbeda dengan kasih yang diajarkan di dunia ini. Belum pernah ada pengajaran tentang kasih seperti yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Ketika kita mencoba membaca dan memahami, sepertinya apa yang diajarkan oleh Yesus ini tidak masuk akal. Tetapi kita tahu, bahwa Yesus sudah memberikan teladan tentang mengasihi, termasuk bagaimana mengasihi orang yang telah menganiaya Dia. Tidak mudah untuk melakukan itu, tetapi kita bisa melakukannya meskipun harus berkorban dan menderita. Tetapi itulah yang diinginkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus. Standar kasih yang harus dilakukan oleh orang Kristen sangat tinggi, sehingga ini bisa menjadi contoh bagi orang lain di dunia ini.

Wajar bagi manusia jika dia mengasihi orang yang sudah mengasihi dia. Wajar bagi manusia jika memberi kepada orang yang pernah memberikan sesuatu kepadanya. Itu disebut sebagai balas jasa. Tetapi ada sesuatu yang lebih penting yang Yesus ajarkan, yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain yang orang tersebut tidak bisa mengembalikannya lagi kepada kita. Inilah perbedaannya. Tuhan Yesus berkata bahwa orang-orang berdosa pun bisa mengasihi orang yang terlebih dahulu mengasihi dia. Karena itu kita sebagai orang percaya dituntut untuk mengasihi orang lain tanpa pamrih, tanpa balas budi. Hal ini diajarkan karena sebenarnya kita telah beruntung, telah mendapatkan kasih dari Tuhan Yesus terlebih dahulu. Kita sendiri tidak bisa membalas kasih Tuhan tersebut. Sebagai bentuk rasa syukurnya, maka kita harus mengasihi sesama kita, termasuk mengasihi orang yang membenci kita.

Yesus menegaskan supaya kita mengasihi musuh kita. Mungkin kita merasa tidak mempunyai musuh. Tetapi jika ada orang yang berbuat jahat kepada kita, harusnya kita tetap mengasihi mereka. Kita juga diharuskan untuk berbuat baik kepada mereka dan meminjamkan sesuatu dengan tidak mengharapkan balasan apapun. Dengan demikian, maka Tuhan Yesus berjanji bahwa kita akan dijadikan anak-anak Allah yang Mahatinggi. Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi sangat baik terhadap orang-orang yang tidak tahu terima kasih dan terhadap orang-orang jahat. Bukan hanya itu saja, tetapi kita juga dituntut untuk murah hati supaya sama seperti Bapa di sorga yang adalah murah hati.

Membalas kebaikan dengan kejahatan berarti membiarkan Iblis mempengaruhi kita dengan kebencian, iri hati dan dengki. Membalas kebaikan dengan kebaikan adalah sesuatu yang wajar, yang biasa manusia lakukan kepada sesamanya. Ini berlaku secara umum di semua masyarakat. Tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sesuatu yang sangat berbeda. Orang yang mengajarkan tentang hal ini tentu bukan orang sembarangan. Dia tidak hanya berbicara, tetapi juga menjadi teladan dalam pengajarannya. Artinya, membalas kejahatan dengan kebaikan adalah sifat Ilahi.

Mengaishi musuh dan berdoa bagi mereka yang membenci atau menyakiti kita menjadikan kita memiliki status sebagai anak Tuhan. Mengasihi musuh sama dengan mencerminkan kasih Tuhan kepada orang-orang yang berdosa, yang melawan Tuhan. Meskipun demikian, mereka adalah orang-orang yang dikasihi oleh Tuhan, yang membutuhkan belas kasihan dari Tuhan, sama seperti kita juga yang membutuhkan belas kasihan dari Tuhan. Karena itu, sebagai anak-anak Tuhan, kita harus berani untuk mengasihi “musuh-musuh kita”, orang-orang yang membenci kita.

Views: 11

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top