Di saat-saat terakhirpun Yesus masih melakukan mujizat. Di bagian Injil lain Yesus sempat menyambung telinga hamba Imam Besar yang putus karena salah satu murid Yesus. Tuhan Yesus menyuruh murid itu untuk memasukkan pedang itu kembali ke sarungnya. Yesus ingin menegaskan bahwa misinya untuk dunia tidak boleh menggunakan kekerasan. Tuhan Yesus tidak pernah menggunakan prinsip menghalalkan segala cara. Banyak orang tidak bisa menggunakan kebenaran, mereka akan menggunakan kekerasan. Inilah watak Iblis yang sebenarnya, yaitu menggunakan kekerasan atau menghalalkan segala cara.
Semua cara penangkapan Yesus, semuanya untuk menggenapi apa yang sudah dinubuatkan sebelumnya. Yesus dianggap sebagai salah satu dari penyamun, karena pada saat itu, di hadapan Bapa, posisi Yesus sedang menanggung dosa semua umat manusia di dunia. Bahkan Yesus menanggung semua dosa dari penjahat besar sekalipun di dunia. Semua dosa itu akan ditimpakan kepada Yesus di atas kayu salib.
Pada saat itu Yesus diperhadapkan dengan Imam Besar. Imam Besar adalah posisi yang sangat penting dalam kehidupan keagamaan bangsa Yahudi. Imam Besar mempunyai wewenang untuk menyatakan salah atau tidaknya seseorang. Karena itulah Yesus diperhadapkan oleh mereka kepada Imam Besar. Mereka berusaha untuk mencari tuduhan-tuduhan yang membuat Yesus bisa dihukum seberat-beratnya. Para tua-tua Yahudi sudah sangat dipenuhi dengan iri dan dengki, mereka ingin supaya Yesus segera lenyap dari muka bumi. Mereka tidak mau Yesus hanya dijatuhi hukuman yang ringan. Mereka ingin Yesus dijatuhi hukuman yang paling berat. Karena itu, tampillah banyak saksi dusta yang menuduh Yesus dan memberatkan hukuman Yesus.
Yesus pernah berkata bahwa Dia akan merobohkan Bait Allah dan akan membangunnya dalam tiga hari. Tetapi itu bukan Bait Allah yang ada di Yerusalem. Maksud Yesus dengan Bait Allah yang dikatakan-Nya itu adalah tubuh-Nya sendiri. Dia mati dan akan bangkit dalam waktu tiga hari. Mendengar itu, Imam Besar itu langsung berdiri meminta Yesus memberi jawab atas tuduhan para saksi yang dihadirkan tersebut. Yesus diam saja, seperti domba yang dibawa ke mezbah sembelihan. Demikianlah posisi Tuhan Yesus pada saat itu. Imam Besar itu ingin mempertegas posisi Yesus, apakah benar-benar Mesias. Dan Tuhan Yesus berkata bahwa Imam Besar itu telah mengatakannya. Bahkan Yesus mengutip kitab Daniel 7:13 dan memperkenalkan Dia sebagai Anak Manusia yang akan duduk di sebelah kanan Bapa.
Mendengar jawaban Yesus, Imam Besar langsung mengoyakkan pakaiannya. Imam Besar itu menyatakan bahwa Yesus menghujat Allah dan tidak perlu saksi lagi untuk menghukum Yesus. Keputusan Imam Besar, Yesus harus dihukum mati. Jika Imam Besar sudah menyatakan demikian, maka yang lain tidak akan bisa berbuat apa-apa. Semua orang Yahudi yang pernah melihat dan merasakan mujizat Yesus, juga tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka semua beriman tanpa berpengertian. Bahkan orang-orang mulai meludahi, meninju dan memukul Yesus.
Petrus, murid yang sangat mengasihi Tuhan Yesus. Hal itu terbukti dia mengikuti Yesus. Petrus juga tidak memiliki kuasa untuk melepaskan Yesus. Dia tidak tahu apa yang harus dia kerjakan. Ada seorang perempuan yang berkata kepada Petrus bahwa dia selalu bersama-sama dengan Yesus orang Galilea itu. Jika kita perhatikan, perempuan ini sebenarnya juga mengenal siapa Yesus. Pada saat itu Petrus mulai menyangkal Yesus, pura-pura tidak tahu tentang Yesus. Petrus benar-benar bingung, sampai tiga kali dia menyangkal Yesus. Ketika ayam berkokok, maka teringatlah Petrus akan perkataan Yesus, bahwa Petrus akan menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Petrus tahu, dia pergi dan menangis karena telah melakukan hal tersebut.
Petrus menyangkal Yesus bukan berarti Petrus tidak percaya lagi bahwa Yesus adalah Mesias. Itu adalah reaksi manusiawi, karena tidak habis pikir tentang apa yang dialami oleh Yesus. Dia berbohong dan menutupi kebohongan itu dengan kebohongan yang lain. Kita juga harus waspada, tidak boleh memberi tempat untuk melakukan kebohongan. Karena kebohongan akan bertumpuk dan semakin banyak. Petrus sangat menyesal melakukan hal itu. Kalau kita jatuh ke dalam dosa, kita harus belajar dari Petrus. Dia menyesal dan memperbaiki diri.
Views: 3