Jelajah PB 33 (Matius 12:15b-32)

Ayat ini menjelaskan tentang penggenapan nubuatan nabi Yesaya (Yesaya 42:1-4), yaitu nubuatan tentang Hamba Tuhan. Hamba Tuhan yang benar adalah Yesus Kristus. Yesus merendahkan diri-Nya menjadi hamba. Merendahkan diri-Nya sebagai Hamba Tuhan, padahal Diri-Nya sendiri adalah Tuhan. Bahkan Dia juga merendahkan diri menjadi hamba manusia.

Yesuslah yang dinubuatkan oleh Yesaya dan Ia menyembuhkan banyak orang, untuk menggenapkan bahwa Dia-lah Mesias yang hadir untuk menyelamatkan umat manusia. Di ayat 21 dikatakan bahwa, “pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” Sang Juruselamat ini adalah harapan dari semua bangsa di muka bumi ini. Harapan untuk dilepaskan dari jeratan ibadah ritualistik dan dosa.

Sejumlah orang Farisi (mungkin ahli Taurat juga) adalah orang yang sudah menyaksikan mujizat-mujizat dan tanda ajaib yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Yesus memperlihatkan Diri-Nya bahwa Ia sedang menggenapkan nubuatan di dalam Perjanjian Lama. Dia ingin menjelaskan bahwa Ia adalah Mesia yang dijanjikan itu. Ketika di ayat 22, banyak orang disembuhkan, maka banyak orang merasa takjub dan ada yang berkata, “Ia ini agaknya Anak Daud.” Ini bukan perkataan yang sembarangan. Sepertinya sudah ada beberapa orang yang mulai percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Daud. Mereka melihat tanda-tanda yang diberikan-Nya.

Tetapi, orang Farisi yang tadi merasa iri, berkata bahwa Yesus mengusir setan dengan Beelzebul (penghulu setan). Mereka menuduh Yesus kerasukan Lusifer. Ini adalah sikap dan pernyataan yang sangat fatal. Lalu Yesus mengungkapkan sesuatu yang sangat penting dan juga sangat dikenal sampai sekarang. Di ayat 32 dikatakan bahwa apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datang pun tidak. Ini adalah salah satu dosa yang tidak diampuni. Ini adalah dosa orang-orang Farisi dan ahli Taurat pada waktu itu, yang sudah melihat tanda-tanda bahwa Yesus adalah Mesias, tetapi mereka tetap tidak percaya kepada-Nya. Bahkan menganggap bahwa Yesus adalah penghulu setan. Mereka sebenarnya sudah tahu, tetapi memilih untuk tetap tidak menerima Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan oleh Tuhan melalui para nabi di Perjanjian Lama. Mereka lebih memilih untuk mempertahankan kedudukannya yang terhormat dan keegoisan mereka untuk dihormati oleh masyarakat Yahudi pada waktu itu.

Mereka sebenarnya lebih tahu tentang kitab suci daripada masyarakat lain. Artinya, mereka sengaja untuk tidak percaya meskipun sudah mengetahui yang sebenarnya. Masyarakat umum saja sudah bisa menyimpulkan bahwa Yesus agaknya adalah Anak Daud. Tetapi orang Farisi yang lebih mengerti kitab Perjanjian Lama justru sengaja memfitnah Yesus. Walaupun demikian, Yesus berkata bahwa itu pun masih bisa diampuni. Tetapi, ketika peristiwa Roh Kudus turun bersamaan dengan saat orang-orang Yahudi merayakan Pentakosta, mereka tetap tidak percaya, maka itulah saat mereka menghujat Roh Kudus. Saat itulah mereka menolak Yesus sekaligus menolak Roh Kudus.

Ketika mereka menolak Roh Kudus dan pekerjaan-Nya, maka tidak ada lagi hal yang bisa menyelamatkan mereka dari maut. Jika Roh Kudus sudah tercurah penuh dan ternyata orang tersebut tetap tidak mau bertobat, maka tidak akan ada lagi yang bisa dikerjakan untuk orang tersebut.
Menit 35.00

Views: 3

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top