Jelajah PB 32 (Matius 12:9-15a)

Ayat 9-15, peristiwa yang ditulis kurang lebih sama dengan ayat sebelumnya. Masih mengenai hari Sabat dan orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus. Orang-orang Farisi menetapkan aturan-aturan agama dan mereka merasa bahwa merekalah penjaga aturan tersebut. Merekalah yang merasa paling mengerti aturan-aturan itu. Orang lain harus bertanya kepada mereka tentang aturan agama Yahudi. Mereka juga yang mengendalikan masyarakat pada waktu itu.

Kemudian Yesus datang, dan dihadapan-Nya ada seseorang yang mati sebelah tangannya. Lalu orang Farisi menjebak-Nya dengan bertanya, “Bolehkan menyembuhkan orang pada hari Sabat?” Orang-orang Farisi memegang prinsip bahwa tidak boleh melakukan pekerjaan (termasuk menyembuhkan orang) pada hari Sabat. Tetapi mereka melakukan semua itu dengan munafik, karena mereka pun akan menyelamatkan domba yang jatuh ke dalam lobang pada hari Sabat. Mereka sebenarnya tidak mengerti maksud dari aturan tersebut dibuat. Mereka sering menambah-nambahkan sesuatu yang tidak wajar di dalam aturan hukum Taurat yang disampaikan oleh Tuhan melalui para nabi di dalam Perjanjian Lama.

Mungkin hari-hari ini masih banyak orang Kristen yang demikian. Masih banyak gereja-gereja yang mempunyai tradisi-tradisi simbolik ritualistik. Gereja demikian belum terlepas dari ibadah simbolik. Belum mengerti dengan baik tentang hakikat, belum menyembah dengan hati, tetapi masih menyembah dengan simbol. Harusnya, seluruh kehidupan kita dan seluruh waktu kita adalah menyembah kepada Tuhan. Hati kita senantiasa tertuju kepada-Nya.

Di peristiwa tersebut, Yesus sengaja menyembuhkan tangan orang itu dengan memerintahkan kepadanya, “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ketika ia mengulurkan tangannya, maka tangan itu menjadi sembuh. Orang Yahudi merasa bahwa jika Yesus terus berbuat demikian, merombah hukum dan aturan yang mereka buat dan tambahkan, maka mereka akan kehilangan otoritas. Mereka akan kehilangan hormat mereka di tengah-tengah masyarakat. Sebenarnya yang dipertahankan oleh orang-orang Farisi adalah kehormatan diri dan ego mereka. Mereka menerapkan aturan-aturan agama kepada orang lain, supaya mereka bisa membangun kehormatan diri mereka. Mereka berpakaian khusus, tangan mereka dicium-cium oleh orang dan dihormati sedemikian rupa oleh masyarakat Yahudi. Tiba-tiba ada pengajaran baru, pengajaran Injil yang disampaikan oleh Yesus Kristus, yang mau melepaskan manusia dari jeratan aturan-aturan agama dan melepaskan manusia dari ibadah simbolik lahiriah. Karena itulah orang-orang Farisi menentang Yesus, karena mereka bisa kehilangan pengikut dan kehormatan mereka menjadi luntur.

Karena itulah mereka bersekongkol untuk membunuh Yesus. Mereka berencana untuk melakukan segala cara demi menyelamatkan kehormatan mereka. Jika mereka setuju dan melakukan kekerasan, maka terbuktilah bahwa mereka bukan dari Tuhan. Sesungguhnya mereka berasal dari Iblis. Sebab kebenaran tidak bisa dicapai atau dicari dengan kekerasan. Kekerasan hanya membawa manusia kepada ketakutan. Kekerasan tidak membawa kebenaran, tetapi membawa penindasan. Tetapi, jika kita benar, kita cukup menjawab dengan dasar yang benar dan tepat, tanpa perlu dengan kekerasan, baik verbal (perkataan) maupun non-verbal (tindakan).

Views: 25

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top