Jelajah PB 31 (Matius 12:1-8)

Penting untuk kita ketahui bahwa, diayat sebelumnya, yaitu di dalam Matius 11:13, Yesus sudah mengatakan bahwa semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes. Semua ibadah simbolik, tata cara ritual hukum Taurat berhenti sejak Yohanes tampil dan menunjuk kepada Yesus Kristus sebagai penggenapan akan simbol Perjanjian Lama. Korban anak domba yang biasa dilakukan oleh orang Yahudi di Perjanjian Lama sudah selesai, karena Yesus Sang Juruselamat yang disimbolkan telah datang. Sejak Yohanes tampil dan Yesus diperkenalkan, maka semua hukum Perjanjian Lama mulai digenapi satu persatu. Termasuk di dalamnya adalah mengenai hari Sabat.

Hari Sabat ditentukan oleh Tuhan sebagai hari untuk beristirahat dan beribadah kepada-Nya. Hal tersebut sebenarnya sesuai dengan ketentuan ibadah simbolik. Pada waktu itu Tuhan menetapkan satu tempat untuk beribadah, yaitu di Bait Allah di Yerusalem. Tuhan juga menetapkan satu hari untuk beribadah bagi orang Yahudi, yaitu pada hari Sabat. Tuhan juga menetapkan cara beribadah, yaitu dengan waktu satu hari sebanyak tiga kali dan harus menghadap ke Yerusalem. Tetapi sejak Yesus diperkenalkan sebagai Anak Domba yang menyelamatkan dunia, maka ibadah simbolik berakhir.

Di dalam Ibrani 10:1 dikatakan bawah di dalam hukum Taurat hanya bayangan saja dari keselamatan yang akan datang. Hukum Taurat bukan hakikat dari keselamatan itu sendiri. Ibadah yang dilaksanakan sejak Perjanjian Baru dan zaman gereja seharusnya adalah ibadah hakikat. Semua simbol yang menggambarkan mengenai Juruselamat sudah berhenti, termasuk hari Sabat. Sekarang orang percaya saatnya menyembah Tuhan di dalam roh dan kebenaran, tidak terikat dengan waktu, tempat dan cara. Ibadah ini didasarkan pada hati, bukan kesucian badan, tetapi kesucian hati. Bukan lagi menyembah dengan badan, tetapi menyembah dengan hati.

Pertanyaannya sekarang, kenapa kita sekarang kebaktian pada hari Minggu? Mengapa tidak pada hari Sabtu? Di dalam Kisah Para Rasul 20:7 para rasul memberikan contoh kepada kita untuk kebaktian pada hari pertama minggu itu (hari Minggu). Di dalam 1 Korintus 16:2 juga dikatakan bahwa jemaat berkumpul pada hari pertama dari tiap-tiap minggu. Meskipun demikian, masih ada saja gereja yang kebaktian dan berkumpul pada hari Sabtu, karena ingin menghormati hari Sabat. Mereka belum bisa meninggalkan ibadah simbolik, tetapi mereka juga tidak melakukan ibadah simbolik secara lengkap.

Karena itulah, Tuhan Yesus membiarkan murid-murid-Nya “melanggar” ketentuan hari Sabat yang ditetapkan oleh orang-orang Farisi. Tuhan Yesus juga memberikan contoh bagaimana Daud juga pernah “melanggar” hari Sabat. Yesus juga menekankan kepada orang Farisi bahwa di situ ada yang melebihi Bait Allah. Dan di ayat 8 juga sangat jelas dikatakan bahwa “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Dialah yang dulu menetapkan ketentuan hari Sabat. Dialah juga sekarang yang menggenapkan makna dari hukum Taurat tentang hari Sabat itu.

Di dalam Perjanjian Lama, hari Sabat adalah hari yang ditentukan oleh Tuhan sebagai simbol bagaimana manusia seharusnya menghormati Tuhan. Jika ingin menghormati Tuhan, maka ada satu hari yang sudah ditetapkan oleh Tuhan, supaya hari itu dikuduskan untuk Tuhan sebagai simbol bahwa orang tersebut takluk dan mengasihi-Nya. Di zaman Perjanjian Baru dan zaman-zaman selanjutnya, setelah Yesus datang, tanda kita mengasihi Tuhan tidak lagi dengan cara menguduskan hari-hari tertentu. Tanda kita mengasihi Tuhan adalah dengan cara hidup benar di hadapan Tuhan dan hidup memuliakan Tuhan di hadapan manusia, serta melaksanakan perintah-perintah-Nya di dalam hidup kita.

Views: 7

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top