Bolehkah Menghakimi? (Jelajah PB 16)

Matius 7:1-6

Mulai dari ayat 1, sebenarnya firman Tuhan ingin berkata bahwa kita bukan tidak boleh menghakimi. Di sini Tuhan mau mengajarkan supaya kita tidak menghakimi jika kita tidak ingin dihakimi. Jika kita tidak mau dihakimi (diukur) oleh orang dengan ukuran yang kita pakai untuk mengukur orang itu, maka kita tidak boleh mengukur (menghakimi) orang. Intinya, jangan hanya mau menghakimi orang kalau kita tidak mau dihakimi balik. Jika kita ingin menghakimi orang, maka kita juga harus rela dan siap dihakimi balik. Jika kita ingin mengukur orang dengan ukuran yang kita pakai, maka kita harus rela dan siap untuk diukur balik dengan ukuran yang kita pakai tersebut.

Jika kita ingin menyatakan kesalahan orang lain, berhati-hatilah, jangan sampai kita mempunyai kesalahan yang lebih besar dari orang tersebut. Karena kita tidak bisa mengambil selumbar di mata orang itu, jika balok di mata kita tidak kita singkirkan.

Tuhan tidak mau kita menghakimi orang dengan memakai ukuran yang dari diri kita. Karena ukuran yang dari diri kita bukanlah ukuran yang tepat dan bersifat relatif (berubah sesuai dengan kondisi). Kita tidak boleh menilai orang dengan ukuran diri kita sendiri. Banyak orang yang salah paham dengan ayat-ayat ini. Kita tidak mungkin bisa menghakimi perilaku orang lain dengan tepat, karena standarnya relatif. Tetapi kita bisa menghakimi pengajaran orang lain, karena ada standar yang tetap, yaitu Alkitab. Karena itulah, setiap pengajaran yang kita dengar, harus kita uji dengan Alkitab.

Kita tidak bisa menjadikan pengalaman sebagai ukuran. Kita juga tidak bisa menjadikan perasaan sebagai ukuran. Pengalaman dan perasaan bukan alat ukur. Kita bisa menyatakan orang lain salah, dengan ukuran Alkitab. Di dalam Yohanes 7:24 dikatakan, “Janganlah menghakimi menurut apa yang nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” Kebenaran belum tentu pada apa yang nampak saja. Bisa jadi ada hal yang tidak nampak yang tidak kita ketahui. Karena itu, jika kita menghakimi, berusahalah untuk menghakimi dengan adil.

Kita tidak boleh menghakimi menurut ukuran manusia (Yohanes 8:15). Ukuran manusia bukan kebenaran. Di dalam 1 Korintus 5:12 dijelaskan bahwa seharusnya orang Kristen (jemaat) pintar menghakimi. Kita harus melakukan penghakiman. Bukan menghakimi orang yang diluar jemaat, tetapi yang di dalam jemaat. Jika anggota jemaat melakukan hal yang salah, maka kita harus dapat menghakiminya dengan benar, menurut Alkitab. Di dalam 1 Korintus 6:3 bahkan dikatakan jika kita akan menghakimi para malaikat. Bukankah ini sebuah tanggungjawab yang besar? Orang Kristen harus bisa menghakimi dengan baik. Jika diperhadapkan dengan pengadilan negara, setiap orang yang bersalah pasti hanya siap diadili dengan undang-undang yang berlaku, bukan diadili dengan dasar perasaan dari hakim.

Masuk ke ayat 6 menjelaskan bahwa, terkadang pada saat kita memberitakan Injil, ada saja orang-orang yang tidak menghargai kita atau berita yang kita sampaikan. Mungkin mereka mengolok, mengejek atau cuek saja. Terhadap orang yang demikian, kita harus ingat dengan perkataan Tuhan ini. “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi.” Kita diperintahkan untuk memberitakan Injil. Tetapi jikalau orang mengolok-olok dan tidak menghargai kemurahan Tuhan melalui Injil, mereka disamakan dengan binatang yang disebutkan dalam ayat tersebut. Jangankan mau menerima, terkadang mendengarkan berita Injil yang kita sampaikan pun tidak mau.

Saat kita memberitakan Injil, kita juga secara tidak langsung menghakimi orang-orang yang kita injili. Kita menyatakan kesalahan dan dosa mereka dan mengajak mereka untuk bertobat dan berubah, mengajak mereka percaya Yesus dan memperbaiki kelakuan mereka. Karena itu, tidak mudah untuk memberitakan Injil, karena hal tersebut sama dengan kita sedang menghakimi mereka.

Views: 23

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top