Sukarela Bukan Seenak Hati (Jelajah PL 432)

Imamat 19:5-16

Selanjutnya mengenai korban keselamatan, dijelaskan kembali di ayat ini. Jika masih mengingat di awal dari kitab Imamat ini, dikatakan bahwa korban keselamatan adalah bentuk persembahan sukarela. Umat Israel tidak diwajibkan, terutama dalam hal waktu, untuk memberikan korban keselamatan ini. Berbeda dengan korban penebusan dosa dan penghapus salah, yang harus dilakukan pada saat-saat tertentu. Korban keselamatan bersifat sukarela dan bisa diberikan kapan saja. Korban ini diberikan sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan.

Di pasal ini ada penekanan mengenai korban keselamatan ini. Jika orang Israel memberikan korban keselamatan ini, mereka harus memastikan bahwa persembahan itu dibawa dengan cara yang berkenan kepada Tuhan. Jangan sampai orang Israel berpikir bahwa korban yang sifatnya sukarela ini bisa dilakukan sembarangan. Memang persembahan ini diberikan dengan sukarela. Tetapi, ketika ingin memberikan persembahan ini, harus sesuai dengan aturan Tuhan. Jika mempersembahkan tidak sesuai aturan Tuhan, lebih baik tidak mempersembahkan korban ini.

Pada saat ini, seharusnya kita sering menerapkan prinsip ini, karena persembahan di zaman Perjanjian Baru dan zaman gereja, semuanya bersifat sukarela. Sukarela bukan berarti sembarangan atau seenak hati. Ketika kita melayani Tuhan dengan sukarela, bukan berarti kita melakukannya dengan sembarangan atau seenak hati. Ketika kita memberi atau melayani dengan sukarela, maka pikiran kita juga harus tertuju kepada Tuhan. Kita harus melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Tuhan, supaya Tuhan berkenan atas persembahan dan pelayanan kita.

Kepada manusia saja, ketika kita memberi hadiah kepada mereka, kita pasti mencari tahu kesukaan atau kebutuhannya. Kita tidak akan mungkin memberi hadiah dengan tulus, tetapi kita tahu bahwa hadiah itu akan tidak disukai olehnya. Demikian juga dengan Tuhan, kita tidak akan mungkin memberikan yang terbaik kepada Tuhan, tetapi tidak sesuai dengan kehendak dan aturan Tuhan. Karena itu, ketika kita bersedia melayani Tuhan, maka kita juga harus tahu cara melayani Tuhan yang berkenan kepada-Nya. Jangan sampai kita melayani Tuhan, tetapi di waktu yang sama kita juga sedang menentang Dia.

Selanjutnya diatur mengenai hubungan di dalam kehidupan masyarakat, hubungan antara manusia dengan sesamanya. Tuhan membela hak orang-orang miskin. Tuhan sangat membela keadilan. Tuhan juga membela anak yatim dan janda. Tuhan tidak ingin ada orang yang dipermainkan atau dipandang rendah oleh sesamanya, hanya karena situasi hidupnya yang kurang beruntung. Semua orang harus diperlakukan sebagai manusia yang setara dan sederajat.

Kehidupan manusia memang tidak bisa sama rata dan sama rasa. Misalnya, komunisme tidak cocok untuk diterapkan dalam bidang ekonomi. Kapitalisme juga tidak bisa diterapkan di dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa ini. Ada orang-orang kapitalis yang tamak, memiliki kecenderungan untuk menekan kaum miskin. Sosialisme yang mencoba untuk menggabungkan antara komunis dengan kapitalis juga tidak berhasil. Posisi Tuhan, tetap menjunjung tinggi hak seseorang.

Views: 23

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top