Imamat 21:6-9
Para imam dituntut untuk memiliki hidup kudus, karena mereka yang paling dekat dengan Tuhan. Mereka yang akan memberikan korban kepada Tuhan. Mereka yang menjadi perantara antara Tuhan dengan umat Israel. Selain persembahan dalam bentuk korban persembahan binatang, para imam juga mempersembahkan roti, yang di ayat 8 disebut “mempersembahkan santapan Allahmu”. Tuhan tidak memakan persembahan-persembahan itu, karena memang Tuhan tidak perlu makanan. Semua korban yang dipersembahkan bukan untuk santapan Tuhan, tetapi untuk menggambarkan pengorbanan Juruselamat yang telah dijanjikan untuk datang.
Untuk para imam, ada aturan mengenai pernikahan. Aturan ini bukan untuk mengekang, karena masih ada banyak pilihan yang diberikan oleh Tuhan. Ketika Tuhan melarang sesuatu, sebenarnya Dia sedang menjaga umat-Nya supaya tidak masuk dalam kondisi yang membuat penderitaan. Bagi kita pada saat ini, syarat yang diberikan oleh Tuhan dalam pernikahan adalah sepadan dan seimbang. Sepadan artinya pernikahan terjadi dengan lawan jenis. Seimbang artinya Tuhan menginginkan orang percaya menikah dengan sesama orang percaya.
Hal tersebut sudah dinyatakan di dalam 2 Korintus 6:14-15, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?”
Jika kita tidak ingin menikah dengan orang-orang yang tidak seiman, maka kita juga tidak perlu berpacaran dengan mereka. Mereka tidak akan cocok untuk menjadi calon suami atau calon istri, karena perbedaan iman dan prinsip hidup. Jika dari awal kita sudah tahu bahwa seseorang tidak akan bisa menjadi pasangan kita, sebaiknya tidak berpacaran dengan orang tersebut. Pasangan yang ideal adalah pasangan yang semakin mendekatkan diri kita kepada Tuhan.
Para imam tidak diperbolehkan untuk menikah dengan perempuan sundal atau perempuan yang sudah dirusak kesuciannya atau seorang perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya. Tuhan memberikan ketetapan ini kepada para imam Israel, karena mereka sedang menggambarkan Kristus. Mempelai Kristus adalah jemaat. Tuhan menggambarkan jemaat seperti mempelai perempuan yang suci. Karena itu, para imam di Perjanjian Lama harus menikah dengan perempuan baik-baik.
Jika pada saat ini ada perempuan-perempuan yang sudah jatuh ke dalam dosa, tetap ada kesempatan untuk mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Bagi orang Kristen hari ini, tidak ada larangan untuk menikah dengan orang-orang yang pernah jatuh dalam dosa. Yang paling penting, mereka telah bertobat dan telah menerima keselamatan dari Tuhan. Inilah kasih karunia Tuhan bagi masing-masing orang.
Dalam hal pernikahan, seorang pemimpin umat harus menjadi contoh. Pemimpin umat akan menjadi perhatian bagi umatnya, sehingga perlu membangun kehidupan keluarga dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan kehendak Tuhan. Ia harus bisa memelihara keluarga supaya tetap harmonis dan berkenan di hadapan Tuhan.
Views: 32