Penjaga Kebenaran (Jelajah PL 394)

Imamat 6:14-30

Dalam melaksanakan tugas, imam menggunakan pakaian khusus. Tuhan tidak ingin melihat ketelanjangan ketika orang itu menghadap kepada-Nya. Setelah manusia melanggar larangan Tuhan, ketelanjangan menjadi simbol dosa. Ketelanjangan itu harus ditutupi. Ketelanjangan melambangkan perbuatan-perbuatan kedagingan yang harus dibuang.

Di dalam Galatia 5:16-17 dikatakan, “Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging – karena keduanya bertentangan – sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

Semenjak Adam dan Hawa, Tuhan sudah menutupi ketelanjangan manusia. Tuhan tidak ingin manusia menunjukkan ketelanjangannya. Ini tentu bertentangan dengan perilaku manusia pada saat ini, ketika mereka justru ingin menunjukkan ketelanjangan mereka di depan umum. Dunia ini telah dikendalikan oleh hawa nafsu, lebih memilih untuk tidak mengenal Tuhan dengan sungguh-sungguh. Mereka ingin memuaskan kedagingannya sendiri.

Para imam, orang-orang yang paling dekat dengan Tuhan dan setiap saat melayani Tuhan, harus berpakaian dengan rapi dan teratur. Setelah selesai dan mau membuang abu pembakaran, mereka harus mengganti pakaiannya. Abu itu sebagai gambaran dosa yang harus dibuang, supaya tidak mencemari sekitarnya.

Mengenai korban sajian, tidak melibatkan binatang. Tidak semua korban hangus dibakar. Ada bagian-bagian yang bisa diambil dan dimakan oleh imam. Tuhan juga tidak memerlukan korban-korban ini bagi Diri-Nya. Semua korban ini adalah simbolik, melambangkan Yesus Kristus. Hanya korban bakaran yang tidak boleh dimakan. Korban yang lain, Tuhan memberikan bagian kepada para imam untuk mendapatkan makan dari korban itu.

Korban sajian, disisihkan sebagian untuk dibakar bagi Tuhan dan sebagian dimakan oleh para imam. Ketika para imam memakan korban sajian itu, para imam juga menjadi bagian di dalam proses pelaksanaan korban itu. Tuhan Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai roti hidup, roti dari Surga. Setiap orang yang makan dari diri-Nya, maka mereka akan selamat. Ini adalah gambaran manusia untuk datang dan percaya kepada-Nya, menjadi bagian di dalam diri Yesus Kristus.

Imam dipercaya untuk mengelola persembahan itu. Di zaman sekarang, kita sebagai orang percaya adalah para imam. Tidak ada yang bisa menjadi imam atas kita, selain Yesus Kristus, sebagai Imam Besar kita. Meskipun praktik keimamatan sudah berhenti, tetapi kita tetap memiliki tugas untuk menjadi saluran berkat bagi orang-orang yang belum percaya kepada Yesus Kristus, menjadi penyalur sekaligus penjaga kebenaran.

Untuk korban penghapus dosa, khusus korban untuk imam dan umat yang dilakukan satu tahun sekali, korban itu harus dibakar habis. Tetapi untuk korban penghapus dosa biasa, korban bisa dimakan oleh imam.

Views: 28

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top