Imamat 3:1-17
Di pasal ini, persembahan beralih pada korban keselamatan. Dari bahasa aslinya bisa diterjemahkan sebagai korban persekutuan, menggambarkan hubungan Yesus Kristus dengan umat-Nya yang ditebus. Korban ini berbeda dengan korban bakaran, karena korban bakaran berkaitan dengan penghapusan dosa, karya penebusan Yesus di kayu salib. Sedangkan korban sajian menggambarkan kemanusiaan dari Yesus Kristus.
Ada beberapa persamaan antara korban bakaran dengan keselamatan, antara lain: binatang yang digunakan untuk persembahan ini sama. Bedanya, korban keselamatan bisa menggunakan binatang jantan maupun betina, yang penting tidak bercela. Dalam persekutuan dengan Tuhan Yesus, semua orang boleh datang kepada-Nya untuk bersekutu dengan Dia. Untuk korban bakaran, semua harus dibakar habis dan tidak ada sisa. Imam hanya mendapatkan kulit dari korban bakaran itu. Untuk korban keselamatan, hanya lemaknya yang dibakar. Sisanya boleh dimakan oleh imam.
Dari satu sisi secara jasmani, Tuhan menginginkan para imam hidup sehat, sehingga mereka bisa memakan daging tanpa harus memakan lemaknya. Berbeda dengan bangsa-bangsa lain pada waktu itu, yang memakan semuanya dari daging binatang yang dimasak. Di sisi lain, di zaman itu lemak dianggap sebagai bagian terbaik di binatang. Di dalam Mazmur 36:9 dikatakan, “Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.”
Ketika Tuhan memberi perintah supaya lemak-lemak binatang itu dibakar, Tuhan sedang menuntut yang terbaik dari seekor binatang itu menjadi milik Tuhan. Imam mendapatkan daging, sedangkan yang berlemak itu milik Tuhan. Anak-anak imam Eli, Hofni dan Pinehas disebut jahat karena meminta daging korban yang belum dibakar beserta dengan lemak-lemaknya (1 Samuel 1-2). Mereka memandang rendah korban untuk Tuhan. Tidak ada seorang pun yang boleh menganggap dirinya lebih penting daripada Tuhan.
Berbeda dengan korban bakaran, semua daging dari korban keselamatan ini diberikan kepada imam. Bahkan Tuhan juga memberi ketetapan kepada bangsa Israel di ayat 17, dikatakan “Inilah suatu ketetapan untuk selamanya bagi kamu turun-temurun di segala tempat kediamanmu: janganlah sekali-kali kamu makan lemak dan darah.” Lemak dan darah dilarang oleh Tuhan untuk dimakan, karena memang kedua bagian itu tidak berguna bagi manusia. Sampai hari ini kedua bagian itu membawa hal yang buruk bagi manusia, jika dikonsumsi.
Memang di zaman Perjanjian Baru, tidak ada larangan lagi untuk memakan lemak atau darah. Hanya saja kita harus berhikmat, karena jika tidak dibatasi maka kita juga akan mengalami hal yang buruk. Di dalam 1 Korintus 6:12, Paulus memberikan penjelasan ini, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.” Jika memang lebih banyak kerugian yang bisa kita alami, sebaiknya kita membatasi memakan dua bagian itu.
Views: 34