Kekudusan Imam (Jelajah PL 436)

Imamat 21:1-3

Pada awalnya, Tuhan bermaksud untuk mengangkat semua orang Israel menjadi imam bagi Dia (bdg. Keluaran 19:5-6). Mereka akan dijadikan pengantara antara Tuhan dengan bangsa-bangsa lain. Tetapi orang Israel telah memberontak kepada Tuhan, bahkan sebelum sepuluh hukum disampaikan kepada mereka. Harun telah memimpin bangsa Israel itu dalam pemberontakan, ketika Musa naik ke gunung Sinai. Bangsa Israel telah membuat lembu emas dan menyembahnya. Karena itulah, Tuhan akhirnya mengangkat satu suku saja untuk menjadi imam, yaitu suku Lewi.

Suku inilah yang berada di pihak Tuhan, ketika Musa marah kepada bangsa Israel yang sudah memberontak dan menyembah lembu emas. Musa memberi perintah untuk memusnahkan orang-orang yang telah melanggar kekudusan Tuhan. Ketidak-konsistenan manusa telah membuat segala sesuatu menjadi berubah. Seharusnya semua bangsa Israel menjadi imam bagi bangsa-bangsa lain, tetapi karena mereka memberontak, maka hanya suku Lewi yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi imam.

Di dalam Perjanjian Baru, keimamatan Harun dan Lewi telah ditiadakan. Saat ini diganti dengan keimamatan orang percaya. Di dalam 1 Petrus 2:9 dikatakan, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:” Seluruh orang percaya adalah bangsa yang terpilih dan imamat yang rajani.

Di dalam Wahyu 1:5b-6 dikatakan, “Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya – dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya, – bagi Dialah kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya. Amin.” Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa semua orang percaya pada saat ini adalah imam. Jika selama ini kita menganggap bahwa pemimpin umat atau hamba Tuhan saja yang menjadi imam, itu pernyataan yang salah dan tidak sesuai dengan pernyataan Alkitab.

Seorang pemimpin umat atau hamba Tuhan tidak memiliki hak untuk menjadi imam atas orang lain yang sudah percaya kepada Tuhan. Praktik seperti ini sangat membahayakan, karena hamba Tuhan akan dianggap sebagai perantara antara Tuhan dengan umat Kristen yang lain. Pada dasarnya, baik hamba Tuhan maupun umat, memiliki posisi yang sama di hadapan Tuhan. Hanya saja, setiap orang Kristen memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Jika dia seorang Gembala Jemaat, maka tugasnya adalah menggembalakan dan mengajar jemaat, bukan menjadi imam bagi jemaat.

Seorang imam diharapkan untuk bertindak lebih dari orang biasa. Sebagai orang percaya, seharusnya kita memiliki kelebihan secara rohani dibandingkan dengan orang-orang lain yang belum percaya kepada Tuhan. Kita telah dipanggil untuk menjadi tidak serupa dengan dunia ini. Di zaman Musa, seorang imam tidak boleh menajiskan diri dengan orang mati, karena kematian adalah simbol dosa. Sama dengan kita pada hari ini, harus menjauhkan diri dari dosa, karena itu semua adalah kenajisan. 

Views: 30

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top