Keluaran 23:1
Pasal ini menjelaskan lebih detail tentang hukum jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesama. Dijelaskan bahwa tidak boleh menyebarkan kabar bohong dan tidak boleh membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar. Tuhan sangat menjunjung tinggi kebenaran. Tuhan juga ingin manusia menjunjung tinggi kebenaran itu. Di dalam Matius 5:37 dikatakan, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Tuhan Yesus mengajarkan supaya orang percaya dikenal melalui kejujuran dan konsistensinya.
Tuhan ingin membedakan orang percaya dengan tidak percaya melalui hal ini. Orang percaya harus bisa dipercaya dari kata-katanya, yang berbanding lurus dengan perbuatannya. Sangat tidak baik ketika orang lain perlu bertanya secara berulang-ulang kepada kita untuk mendapatkan kepastian tentang perkataan kita. Apalagi orang tersebut menuntut janji atau sumpah terhadap diri kita. Ketika kita mengatakan ya atau tidak dan orang lain tidak perlu mengulang pertanyaan, artinya mereka percaya bahwa kita memegang perkataan kita dengan baik.
Sejak zaman bangsa Israel, Tuhan tidak ingin bangsa itu menyebarkan kata-kata bohong. Di zaman sekarang, moral orang percaya seharusnya lebih baik. Bangsa Israel perlu diberi hukum Taurat untuk melakukan itu semua. Kita hari ini, menggunakan hati nurani dan hukum kasih untuk melakukan itu semua. Bahkan di zaman kasih karunia ini, Tuhan Yesus meningkatkan kapasitas hukum itu dengan standar moral yang lebih tinggi dari sebelumnya. Kita melakukan semua ini bukan karena hukum Taurat, tetapi karena sudah mengerti kebenaran Tuhan.
Dalam hal bersaksi, Tuhan juga ingin kita mengatakan kebenaran. Di dalam pengadilan, kehadiran seorang saksi sangat penting. Kondisi keamanan suatu negara akan hancur, ketika di pengadilan tidak mendapatkan saksi yang benar. Sangat indah ketika Yesus Kristus disebut sebagai Saksi yang setia. Di dalam Wahyu 19:11 dikatakan, “Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: “Yang Setia dan Yang Benar”, Ia menghakimi dan berperang dengan adil.”
Di dalam Wahyu 3:14 juga dikatakan, “Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah.” Saksi yang benar akan mengatakan hal yang benar. Segala sesuatu yang dikatakan merupakan hakikat dari orang itu sendiri. Segala sesuatu yang keluar dari kita, sebenarnya berasal dari diri kita sendiri, termasuk perkataan kita. Yesus Kristus disebut sebagai firman Tuhan, karena yang keluar dari Diri-Nya adalah Tuhan sendiri. Semua yang kita katakan, sebenarnya mewakili diri kita sendiri.
Jika Yesus menjadi Saksi yang setia dan benar, maka kita sebagai pengikut-Nya pun seharusnya melakukan hal yang sama. Jika perkataan kita sering didapati tidak setia dan benar, maka kita tidak akan menjadi saksi Kristus yang benar. Jika perkataan kita sulit untuk dipercaya, maka kita pun tidak akan bisa menyampaikan kabar baik, yaitu Injil keselamatan kepada orang lain. Jika kita sering berbohong, maka tidak ada lagi yang bisa kita sampaikan.
Views: 21