Keluaran 23:2
Bangsa Israel tidak diperbolehkan untuk ikut-ikutan dalam soal kejahatan. Di dalam komunitas tertentu, termasuk di dalam masyarakat, terkadang ada waktu dan momen komunitas tersebut sebagian besar berbuat jahat. Ketika hal itu terjadi, maka orang benar tidak diperbolehkan untuk ikut-ikutan. Misalnya, jika terjadi kerusuhan atau huru-hara, maka orang Kristen tidak diperbolehkan untuk ikut-ikutan. Memang godaan dan tantangannya cukup besar. Ketika kita tidak mau ikut-ikutan, maka kita bisa dianggap sebagai pengkhianat atau tidak setia kawan.
Kita tidak boleh membiarkan suara mayoritas yang negatif, menentukan tindakan di dalam komunitas tertentu. Kita diajar untuk tidak bersandar pada suara mayoritas, tetapi bersadar pada firman Tuhan yang benar. Di negara demokrasi, yang seperti ini sulit dilakukan. Suara mayoritas sangat mudah dimanipulasi. Bahkan banyak yang beranggapan bahwa suara mayoritas masyarakat adalah suara Tuhan. Tetapi ungkapan itu belum tentu benar. Dalam peristiwa Nuh misalnya, dia adalah kaum minoritas di kalangan mayoritas yang berbuat jahat.
Keadaan berbalik setelah hukuman Tuhan selesai, karena setelah itu Nuh menjadi kaum mayoritas. Sebelumnya, lebih banyak orang yang jahat dan Nuh adalah satu-satunya orang yang berkenan kepada Tuhan. Masyarakat yang ada di zaman Nuh bukan hanya ratusan ribu. Mereka sudah hidup beberapa generasi sejak Adam. Jika dihitung, manusia yang ada mungkin sudah ratusan juta atau lebih dan semuanya menentang Tuhan. Pada waktu itu di seluruh dunia, semua manusia memiliki kecenderungan yang jahat di dalam pikiran dan perbuatan mereka.
Nuh yang minoritas itu bisa saja mengikuti suara mayoritas. Nuh pasti mendapatkan tekanan yang tidak mudah, karena ia berbeda dengan yang lain. Nuh mungkin menjadi orang yang terkenal pada waktu itu, karena memilih jalan hidup yang berbeda dengan orang kebanyakan. Tetapi Nuh tetap berpegang pada yang benar, bersandar kepada Tuhan. Kondisi kita hari ini mirip dengan Nuh. Tetapi kalau kita tetap berpegang kepada Tuhan dan tidak mengikuti suara mayoritas, maka pada saatnya nanti, kita akan menjadi mayoritas. Setelah penghukuman selesai, hanya tersisa Nuh dan keluarganya saja.
Bukan hanya di dalam masyarakat umum, bahkan di lingkungan gereja pun kita bisa minoritas. Kaum Anabaptis Mennonite, juga menjadi kaum minoritas. Kita memiliki pemahaman sendiri mengenai kebenaran firman Tuhan, yang seringkali bertentangan dengan penafsiran gereja kebanyakan. Di satu sisi, ada godaan untuk mengikuti arus dengan alasan mengikuti arak-arakan oikumene. Jika tidak berhati-hati, justru kita akan masuk dalam area kompromi, bukan area bersaksi. Jatidiri pemahaman yang berbeda seharusnya memperkaya, bukan kita yang ikut arus dan tidak memiliki perbedaan sama sekali.
Seringkali orang-orang yang tetap bertahan dalam pemahaman iman Kristen yang didasarkan pada Alkitab, justru menjadi orang yang dikucilkan. Gereja-gereja sudah mulai banyak yang menambahkan tradisi-tradisi berdasarkan penafsiran masing-masing. Jika ada gereja yang berbeda dari kebanyakan gereja lain, justru dianggap sebagai bidat. Anabaptis Mennonite pernah dianggap sebagai bidat oleh gereja kebanyakan. Sekarang, tidak ada pembedaan yang jelas, karena semua mulai mengarah pada pemahaman yang sama secara mayoritas.
Views: 34