Menyeberangi Laut Merah (Jelajah PL 278)

Keluaran 15:1-21

Orang Israel dipenuhi dengan rasa syukur. Mereka langsung menyanyi bagi Tuhan. Semua sungut-sungut mereka segera hilang. Ketika mereka menyeberang dan berjalan dengan iman, maka sungut-sungut kesusahan berubah menjadi nyanyian syukur. Hal ini seharusnya juga terjadi pada setiap orang yang percaya kepada Tuhan. Ketika kita sudah masuk dalam iman dan percaya kepada Tuhan, maka seharusnya keluh kesah kita berubah menjadi nyanyian syukur.

Yang dinyanyikan oleh Musa dan bangsa Israel adalah pujian kepada Tuhan. Mereka menyatakan bahwa Tuhan itu tinggi luhur. Tuhan menjadi kekuatan dan mazmur bagi mereka. Tuhan menjadi pahlawan perang bagi mereka. Bangsa Israel tidak perlu mengeluarkan kekuatan, karena Tuhan telah berperang bagi mereka. Karena Tuhan yang berperang, maka Firaun dan seluruh pasukannya kalah. Samudera raya menutupi mereka. Tangan Tuhan yang berkuasa itulah yang telah menghancurkan musuh Israel.

Ketika kita menyanyi bagi Tuhan, maka yang keluar seharusnya ucapan syukur. Nyanyian kita berbeda dengan nyanyian Mesir atau nyanyian dunia. Peristiwa laut terbelah ini sangat diingat oleh orang Israel, sehingga mereka terus menceritakannya turun temurun. Di dalam Mazmur 136:13-14 disebutkan, “Kepada Dia yang membelah Laut Teberau menjadi dua belahan; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan menyeberangkan Israel dari tengah-tengahnya; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”

Keselamatan bangsa Israel itu juga melambangkan keselamatan kita pada saat ini. Misalnya di dalam 1 Korintus 10:1-2 dikatakan, “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.” Iman telah menyelamatkan mereka dan baptisan sebagai simbol mereka berjalan melalui tanah kering di tengah laut yang terbelah itu.

Ketika menyanyikan pujian kepada Tuhan, inti dari nyanyian itu adalah memuliakan Tuhan. Hari ini, lagu dan pujian kita seharusnya juga demikian. Di dalamnya kita bisa menceritakan segala sesuatu yang sudah dilakukan oleh Tuhan di dalam hidup kita. Ketika kita sudah diselamatkan, maka pujian itu akan keluar dengan tulus dari dalam hati, keluar melalui mulut kita. Pujian bisa menjadi kesaksian iman kita, yang kita perdengarkan kepada orang lain. Dengan nyanyian yang kita sampaikan, orang bisa mendengar akan kebesaran Tuhan terhadap hidup kita.

Di dalam Wahyu 15:3 dikatakan, “Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa !” Nyanyian Musa bahkan dinyanyikan oleh umat Tuhan sampai akhir zaman. Artinya, segala sesuatu yang dilakukan oleh Tuhan di masa Musa, masih tetap diperdengarkan sampai zaman akhir. Tuhan yang kita sembah tidak pernah berubah, dulu, sekarang dan sampai selama-lamanya.

Views: 28

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top