Keluaran 20:11
Pola enam hari bekerja dan satu hari beristirahat ini ternyata diberlakukan di semua tempat. Di zaman Yesus Kristus, aturan ini diperberat oleh para pemimpin Yahudi. Mereka tidak membiarkan orang Yahudi bekerja atau melakukan perjalanan jauh di hari Sabat. Bahkan mereka juga tidak diperkenankan untuk berbuat baik di hari Sabat. Akhirnya Tuhan Yesus membuat lebih tegas bahwa peraturan hari Sabat ini tidak berlaku lagi, karena kedatangan Tuhan Yesus sudah menggenapinya.
Tindakan Tuhan Yesus itu tercatat di dalam Yohanes 5:18, “Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.” Di kesempatan lain, Tuhan Yesus juga berkata bahwa hari Sabat diciptakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat. Artinya, hari Sabat diciptakan untuk kepentingan manusia, supaya manusia memiliki kesempatan untuk istirahat dan berbakti kepada Tuhan.
Meskipun tidak diberlakukan lagi, tetapi ada hal yang berhubungan dengan moral, masih bisa kita lakukan. Kita perlu menyisihkan sebagian waktu kita untuk mencari Tuhan dan mempelajari firman Tuhan. Kita bisa melakukan itu di hari apapun. Karena pada saat ini, pola itu tetap berlaku, maka kita bisa menjalankannya tanpa harus dibebani dengan aturan hari Sabat yang pernah diberlakukan pada zaman kepemimpinan para imam Yahudi.
Ada pihak yang tidak mau tahu tentang hal ini. Karena itu, mereka masih mengikuti peraturan hari Sabat ini, seperti yang dilakukan oleh orang Yahudi pada zaman Yesus Kristus. Memang pada waktu itu Yesus masih pergi ke Sinagoge atau Bait Suci pada hari Sabat. Tuhan Yesus melakukan hal itu karena memang pada waktu itu hanya pada hari Sabat orang ke Sinagoge. Yesus menggunakan kesempatan itu untuk mengajar. Tetapi Yesus sudah jelas telah meniadakan hari Sabat.
Hal itu diikuti dengan kebiasaan rasul-rasul dan orang Kristen mula-mula, mereka berkumpul di hari pertama pada minggu itu. Hari pertama itu adalah hari Minggu, bukan hari Sabtu atau Sabat. Misalnya di dalam Kisah Para Rasul 20:7 dikatakan, “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkan keesokan harinya.” Pola jemaat mula-mula, mereka berkumpul dan mengadakan kebaktian pada hari pertama tiap-tiap minggu.
Meskipun sudah ditiadakan, kita masih bisa mengambil aspek moral dari peraturan hari Sabat ini. Kita perlu mengambil waktu, menyisihkan waktu khusus untuk Tuhan. Hari Minggu kita bisa gunakan untuk mempelajari firman Tuhan dan bertemu dengan saudara-saudara seiman, sekaligus mengingat akan kebangkitan Yesus Kristus. Kita tidak boleh terlalu sibuk, sehingga melewatkan pola seperti ini.
Cukuplah enam hari untuk bekerja, satu hari untuk beristirahat, untuk Tuhan dan untuk keluarga. Memang di hari Minggu kita masih bisa melakukan pekerjaan, tetap jangan sampai kita melupakan Tuhan dan melewatkan waktu bersama keluarga. Tubuh dan pikiran kita perlu diistirahatkan, supaya kita tetap sehat dan semangat untuk menjalani hari-hari berikutnya.
Views: 28