Keluaran 24:4
Firman yang ditulis sangat penting, supaya tidak mudah diubah dan bisa menjadi standar hukum atau pengajaran. Ini menjadi pola yang diberikan oleh Tuhan, supaya hukum dan firman-Nya terjaga dengan baik. Nubuatan-nubuatan memang dipakai, baik mulai dari perjanjian lama sampai zaman para rasul di abad pertama. Tetapi nubuatan itu tidak sempurna Di dalam 1 Korintus 14:8-10 dijelaskan bahwa nubuat akan berhenti, pengetahuan dan bahasa lidah akan berakhir. Semuanya itu tidak sempurna dan tidak lengkap. Pengetahuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan supranatural, yang biasanya pada saat itu diwahyukan.
Di masa para rasul, belum ada kitab yang tertulis bagi mereka. Yang ada adalah kitab Perjanjian Lama, sedangkan kitab Perjanjian Baru belum dikanonisasi. Karena itu, ketika orang percaya di zaman para rasul menyampaikan firman Tuhan dan bisa bertumbuh dalam pengajaran, mereka mendapatkan pengetahuan supranatural dari Tuhan serta bernubuat. Mereka juga menggunakan bahasa lidah serta mengartikannya, sehingga orang-orang yang hadir dalam pertemuan jemaat, mendapatkan pengajaran yang benar.
Kemungkinan besar, isi pengajaran pada waktu itu sama dengan yang saat ini sudah tertulis di dalam kitab Perjanjian Baru. Hanya saja, di zaman mereka, belum ada firman dari nubuatan dan pengetahuan supranatural itu yang dituliskan. Ketika yang sempurna itu datang, maka yang tidak sempurna akan berhenti (1 Korintus 13:10). Yang sempurna itu adalah firman yang sudah tertulis, sudah dikanonisasi. Tuhan menginginkan supaya firman-Nya yang masih dalam bentuk lisan itu, pada akhirnya bisa ditulis.
Semua firman Tuhan yang disampaikan melalui Musa, bukan hanya dikatakan ulang oleh Musa kepada bangsa Israel, tetapi juga ditulis. Kitab yang ditulis Musa itu kemudian disebut sebagai kitab perjanjian (ayat 7). Ada banyak tokoh liberal yang tidak percaya bahwa Musa yang menulis kelima kitab pertama di dalam Alkitab. Mereka biasanya terpengaruh dengan teori evolusi. Mereka berpikir bahwa manusia yang hidup di zaman Musa belum bisa menulis. Karena pengertian yang dangkal itu, maka saat ini muncul berbagai macam pendapat tentang penulis lima kitab pertama di dalam Alkitab.
Kaum liberal berpendapat bahwa ada editor-editor tertentu yang menulis kitab itu. Karena tidak tahu dengan pasti, yang muncul hanyalah tebakan-tebakan yang tidak memiliki dasar argumentasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Mereka juga menyebut bahwa penulis itu lebih dari satu editor, karena ada yang menyebut Tuhan dengan kata Yehova, ada juga yang menyebutkan dengan kata Elohim. Editor itu disebut dengan huruf, seperti J dan E.
Setelah itu ada generasi kaum liberal lagi yang muncul dan berpendapat bahwa editor bisa lebih dari dua. Mereka melihat ada perbedaan gaya tulisan, sehingga muncullah pendapat dengan menyebutkan para editor itu, yaitu Jehovist, Elohist, Deuteronomist (dianggap sebagai penulis kitab Ulangan) dan Priest (dianggap sebagai para imam yang menulis kitab Imamat). Setelah itu, pendapat juga semakin berkembang dan semakin tidak jelas. Padahal dengan jelas dikatakan di ayat 4 bahwa memang Musa menulis firman Tuhan itu. Bahkan Yesus sendiri menegaskan bahwa memang Musa yang menulis kitab-kitab ini (bdg. Lukas 24:44).
Views: 27