Tugu Kesaksian (Jelajah PL 131)

Kejadian 31:31-55

Rahel dalam kondisi takut ketahuan, bahwa ia yang telah mengambil terafim ayahnya. Yakub sendiri telah mengatakan bahwa siapapun yang kedapatan membawa terafim itu, ia boleh dibunuh. Yakub tidak tahu bahwa Rahel yang telah mengambil terafim itu, sehingga Rahel sangat ketakutan. Rahel menyembunyikan terafim itu di dalam pelana unta dan ia duduk diatasnya. Rahel berhasil menyembunykan terafim itu dari ayahnya, sehingga ia pun selamat.

Melihat Laban yang dengan arogan menggeledah kemah satu per satu, membuat Yakub menjadi marah. Yakub akhirnya mengatakan semua yang selama ini ia pendam. Yakub telah bekerja sedemikian rupa untuk mendapatkan semua yang ada padanya saat itu. Bahkan Laban telah berbuat curang kepadanya. Dalam hal ini, prinsip yang bisa kita ambil adalah bekerja dengan baik, giat dan tulus. Kita juga perlu bekerja dengan jujur dan menghindari kecurangan yang bisa mengakibatkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain.

Jika kita melakukan segala sesuatu dengan giat dan tulus, maka Tuhan pun akan memberkati kita, seperti Ia telah memberkati Yakub. Jangan karena kita dicurangi, maka kita membalas dengan melakukan kecurangan yang lain. Hal itu akan merugikan diri sendiri dan juga orang-orang di sekitar kita. Lebih baik kita fokus untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Selebihnya, kita serahkan kepada Tuhan. Penyertaan Tuhan selalu nyata, terhadap orang-orang yang berharap kepadanya dan bekerja dengan tulus.

Yakub percaya bahwa Tuhan yang disembah oleh Abraham dan disegani oleh Ishak, Dialah yang telah menyertainya. Yakub menyadari campur tangan Tuhan dalam setiap hidupnya, sehingga Laban tidak bisa berbuat apa-apa kepada Yakub. Akhirnya, mau tidak mau, Laban harus menerima bahwa semua yang dibawa oleh Yakub adalah milik Yakub. Untuk mengalihkan perhatian, maka Laban mengajak Yakub untuk mengikat perjanjian. Untuk perjanjian itu, Yakub membuat sebuah tugu.

Pada waktu itu, tanda perjanjian tidak seperti sekarang ini, menggunakan kertas atau materai. Karena itu, mereka menggunakan tanda fisik, seperti tugu dan monumen. Mereka membuat timbunan batu. Laban menyebut tugu itu Yegar-Sahaduta, sedangkan Yakub menyebutnya Galed. Sebenarnya Laban tahu bahwa Yakub sangat mencintai anak-anak Laban, yang saat itu sudah menjadi istri Yakub. Laban berkata-kata hanya untuk menjaga supaya dia sendiri tidak mendapat malu, karena memang Yakub tidak memiliki salah terhadap Laban.

Laban berpikir jangan sampai Yakub kembali kepada Laban untuk berbuat jahat. Sebenarnya Yakub tidak memiliki niat jahat seperti itu. Tetapi, bagaimana pun juga, orang yang sudah berbuat jahat dan curang, tidak mudah percaya kepada orang lain. Ia pasti juga sangat curiga dengan orang lain, karena diukur dengan dirinya sendiri. Apa yang mungkin dilakukan oleh Laban, ia sendiri takut hal itu akan dilakukan oleh Yakub.

Yakub dengan mudah dan tulus hati menjanjikan hal itu, karena memang tidak ada niat jahat di hati Yakub. Setelah itu mereka makan-makan bersama semua sanak saudaranya. Keesokan harinya Laban mencium anak-anak dan cucu-cucunya, kemudian pulang. Setelah itu, kehidupan Laban tidak diceritakan lagi di dalam Alkitab.

Views: 36

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top