Perseteruan Lea dan Rahel (Jelajah PL 125)

Kejadian 30:1-8

Keturunan Yehuda akan menjadi salah satu suku yang sangat dominan bagi bangsa Israel. Bahkan orang Israel kemudian dikenal sebagai orang Yahudi. Yahudi memiliki akar kata yang sama dengan Yehuda. Di dalam Roma 2:29 dikatakan, “Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.” Yahudi sejati adalah orang yang mendapat pujian dari Tuhan.

Rahel cemburu dengan kakaknya sendiri, yaitu Lea. Terjadi pertengkaran antara Rahel dengan Yakub. Pada zaman itu, tidak memiliki anak merupakan aib atau cela yang cukup besar bagi seorang perempuan. Itulah yang dirasakan oleh Rahel pada waktu itu. Rahel sepertinya dalam tekanan batin, sehingga ia pun mencoba untuk menyalahkan Yakub. Ribka juga tidak bisa memiliki keturunan di usia muda pernikahannya. Tetapi Ribka tidak terlalu mendapat tekanan, karena memang tidak ada istri lain dari Ishak.

Rahel seharusnya bisa seperti itu, jika Yakub tidak menikahi perempuan lain. Tetapi karena ada Lea di antara mereka, apalagi Lea sudah memiliki empat orang anak, maka Rahel menjadi sangat tertekan. Mendengar tuntutan Rahel, Yakub menjadi marah kepada Rahel. Dari amarah Yakub itu, terkesan bahwa selama ini Rahel tidak kuat secara iman, sehingga sampai Yakub berkata bahwa Tuhan telah menghalangi Rahel untuk mengandung.

Tuhan ingin mengajarkan kepada Rahel dan kepada semua perempuan bahwa kecantikan bukanlah segala-galanya. Ada banyak hal yang jauh lebih penting daripada kecantikan, yaitu iman yang kuat di dalam Tuhan. Nilai-nilai kerohanian jauh lebih penting. Sepertinya Tuhan sengaja membuat Rahel tidak bisa cepat mengandung, supaya Rahel bisa belajar untuk merendahkan hatinya dan menghargai orang lain. Meskipun Rahel sangat dikasihi oleh Yakub, tetapi ternyata Lea yang mendapat kesempatan menjadi jalur keturunan Mesias, melalui anaknya, Yehuda.

Ketika Rahel mengalami tekanan, maka ia melakukan kesalahan yang sama, seperti yang pernah dilakukan oleh neneknya, Sara. Rahel memberikan Bilha, budaknya itu, untuk diberikan kepada Yakub. Hari ini mungkin kita tidak bisa mengerti, ada seorang perempuan yang mampu memberikan perempuan lain kepada suaminya. Harga diri untuk memiliki seorang anak sepertinya lebih penting daripada kecemburuan. Jika budak Rahel itu melahirkan seorang anak, maka anak itu akan dihitung sebagai anak Rahel. Perbuatan Rahel ini sebenarnya akan menambah masalah di dalam keluarga Yakub.

Bilha akhirnya melahirkan seorang anak laki-laki. Rahel menamai anak itu Dan, artinya hakim. Nama ini hampir sama dengan nama Daniel yang artinya Tuhan adalah hakimku. Selanjutnya Bilha mengandung anak yang kedua, diberi nama Naftali yang artinya pergumulanku. Anak-anak Bilha ini dinamai sesuai dengan pergumulah Rahel terhadap Lea.

Views: 20

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top