Moralitas Kekristenan (Jelajah PL 108)

Kejadian 26:8-11

Ishak berbohong dengan mengatakan bahwa istrinya disebut sebagai saudaranya. Memang mereka masih ada hubungan saudara, tetapi tetap saja itu kebohongan, karena status yang sesungguhnya adalah suami istri. Di dalam kisah ini, Ishak tidak sedang bersama-sama dengan Yakub dan Esau. Kemungkinan besar, Yakub dan Esau ditinggalkan di tanah Negeb, sementara Ishak dan Ribka pergi dan bermukim di tanah Filistin. Akan sulit bagi Ribka untuk berpura-pura menjadi saudaranya Ishak jika Yakub dan Esau beserta dengan mereka.

Peristiwa ini menunjukkan bahwa manusia itu sangat lemah. Ishak tidak rela mati demi istrinya. Hal ini jelas berbeda dengan Yesus Kristus, yang rela mati untuk manusia, bahkan untuk orang-orang yang memusuhi-Nya. Sebenarnya hal ini yang sudah diperintahkan oleh Tuhan kepada semua suami. Di dalam Efesus 5:25 dst dikatakan bahwa suami harus mengasihi istri sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan Diri-Nya bagi jemaat. Itulah yang dituntut oleh firman Tuhan.

Kekristenan tidak pernah berat sebelah. Kekristenan juga bukan memenangkan kaum pria. Kekristenan juga tidak pilih kasih dan lebih mementingkan laki-laki. Laki-laki diberikan satu tanggungjawab yang berat, bahwa mereka harus mengasihi istrinya dengan segenap hatinya, sampai rela mati bagi dia. Suami juga harus rela untuk melakukan banyak hal demi menyenangkan istrinya. Di sisi lain, istri harus tunduk kepada suami dalam segala sesuatu.

Kepercayaan atau kebudayaan lain mungkin hanya menekankan supaya istri tunduk kepada suami, tanpa harus menekankan bahwa suami harus mengasihi istri. Seorang suami hanya diperbolehkan untuk memiliki satu istri, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, peran masing-masing benar-benar terlaksana dengan baik. Ini sebagai wujud bahwa memang Tuhan telah menciptakan manusia secara berpasangan yang saling melengkapi. Dalam hal ini, Ishak gagal untuk mengasihi istrinya. Ia lebih takut kehilangan nyawanya karena istrinya.

Dari kisah ini, kita harus belajar supaya bisa lebih kuat dari Ishak. Memang pada waktu itu Tuhan ikut campur tangan, sehingga tidak terjadi masalah yang parah terhadap Ishak dan Ribka. Akhirnya Abimelekh sendiri yang melihat pasangan ini sedang bermesraan. Saat bermesraan, orang langsung tahu bahwa mereka suami istri. Selanjutnya Abimelekh memanggil Ishak dan memastikan bahwa memang mereka adalah suami istri.

Ishak mencoba untuk mencari alasan. Tetapi Abimelekh tidak menerima alasan itu, karena alasan Ishak bisa membuat kesalahan terhadap bangsa yang dipimpin oleh Abimelekh. Abimelekh memberi perintah kepada seluruh bangsa supaya tidak mengganggu istri Ishak. Jika ada yang mengganggu Ribka, maka Abimelekh akan memberikan hukuman mati. Dari perkataan Abimelekh ini kita bisa menyimpulkan bahwa memang pada waktu itu moralitas di negeri yang diperintah oleh Abimelekh itu tidak baik. Tetapi moralitas Abimelekh sendiri cukup baik.

Views: 34

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top