Jika Tuhan Memberkati (Jelajah PL 109)

Kejadian 26:12-35

Ishak menabur di tanah itu dan dalam tahun itu juga ia mendapat hasil seratus kali lipat, karena memang Tuhan memberkati. Abraham tidak pernah menabur, karena memang tidak memiliki tanah di tempat itu. Bahkan pada saat akan menguburkan istrinya, Abraham harus membeli seharga empat ratus syikal perak. Ishak sepertinya membeli atau menyewa tanah di tempat itu dan menabur. Hal menabur banyak sekali kita dapati di dalam Alkitab, dan di Perjanjian Baru seringkali menggambarkan tentang penyampaian firman Tuhan.

Ishak menjadi orang kaya, semakin lama semakin kaya dan dicatat menjadi orang yang sangat kaya. Ishak memiliki kumpulan kambing domba dan lembu sapi, serta memiliki banyak pekerja. Orang Filistin iri terhadap kekayaan Ishak. Orang Filistin mulai takut dan membenci Ishak. Abimelekh mengusir Ishak karena Ishak menjadi jauh lebih berkuasa daripada orang Filistin. Ishak akhirnya pergi dan berkemah di lembah Gerar dan menetap di sana.

Bagi orang nomaden (hidup berpindah-pindah), sumber yang paling penting baginya adalah air. Mereka harus menggali sumur untuk mendapatkan air. Zaman itu seringkali terjadi pertengkaran karena air. Sumur yang digali oleh Ishak sebenarnya sudah pernah dibuat dan digali oleh Abraham. Ketika Abraham sudah meninggal, orang-orang Filistin menimbunnya kembali. Mungkin pada waktu itu orang Filistin masih sedikit, sehingga tidak memerlukan banyak sumur untuk mendapatkan air. Mereka juga tidak ingin ada orang lain yang hidup di sekitar sumur-sumur itu.

Ishak berusaha untuk menggali semua sumur yang pernah dibuat oleh Abraham. Bahkan Ishak juga menamai kembali sumur-sumur itu sesuai dengan nama yang telah diberikan oleh Abraham. Ishak sepertinya ingin menegaskan bahwa sumur-sumur itu adalah haknya, sebagai warisan dari Abraham. Tetapi orang-orang Filistin tidak senang dengan tindakan Ishak tersebut. Setiap Ishak menggali sumur, orang Filistin tidak terima dan bertengkar dengan Ishak. Ishak selalu mengalah dan tidak mau mencari masalah.

Beberapa sumur yang digali dan membuat pertengkaran yaitu: Esek yang artinya pertengkaran; Sitna, artinya kebencian; Rehobot, artinya tempat yang luas. Di tempat ini, sepertinya orang Filistin tidak lagi mengganggunya. Disitulah mereka beranak cucu dan bertambah banyak.

Sikap Ishak ini sangat baik, sesuai dengan Roma 12:18 yang mengatakan, “Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” Orang Kristen seharusnya menjadi orang yang cinta dengan perdamaian. Kita sebaiknya bukan orang yang suka mencari masalah dengan orang lain. Kita seharusnya menjadi pembawa damai. Ishak bisa saja menggunakan kekuatan dan kekayaannya untuk bertengkar, tetapi ia tidak melakukan itu. Ia lebih memilih untuk mengalah dan pindah ke tempat lain.

Dari Rehobot, Ishak pindah lagi ke Bersyeba. Di tempat itu Abraham pernah mendirikan mezbah dan memanggil nama Tuhan. Ishak mengikuti jejak ayahnya. Ketika Ishak dikenal suka dengan perdamaian, maka orang yang selama ini membencinya justru datang untuk meminta persahabatan dengan dia. Mereka bersumpah-sumpahan, karena Abimelekh takut dengan kekuasaan yang dimiliki oleh Ishak.

Views: 21

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top