Hari Kematian (Jelajah PL 110)

Kejadian 27:1-4

Di pasal ini, kembali mengisahkan Ishak dengan kedua anak laki-lakinya. Ishak sudah sampai pada tahap menjadi orang yang sudah tua. Usia Ishak sudah seratus tahun lebih. Ishak memiliki anak di usia enam puluh tahun. Di pasal sebelumnya dikatakan bahwa Esau sudah memiliki istri pada saat berusia empat puluh tahun. Kesehatan Ishak sudah menurun dan matanya sudah kabur. Ishak sudah merasa bahwa waktu kematiannya sudah dekat. Karena itu, Ishak memanggil Esau sebagai anak yang sulung untuk berburu dan memberikan makanan enak kepadanya supaya ia segera bisa memberkati Esau.

Pada saat ini sepertinya Ishak tidak peka terhadap hal-hal rohani. Ia ingin memberkati Esau karena Esau memang seorang anak emas bagi Ishak. Apalagi Esau adalah seorang yang suka berburu dan bisa mengolah makanan yang digemari oleh Ishak. Ishak mendasarkan janji berkat Abraham hanya dengan makanan hasil buruan Esau. Seharusnya Ishak memiliki kriteria-kriteria rohani, untuk melanjutkan janji berkat Abraham kepada keturunannya. Apalagi Esau sudah menganggap rendah hak kesulungan, ia juga sudah menikah dengan orang Kanaan dan memiliki dua istri serta telah menyakiti hati orang tuanya.

Secara rohani, Esau sangat buruk. Esau tidak memenuhi persyaratan untuk meneruskan garis keturunan Mesias yang dijanjikan oleh Tuhan kepada Abraham. Ishak sendiri bahkan tidak melihat hal ini dari sudut pandang iman. Hal seperti inilah yang harus dijaga oleh orang percaya. Kita perlu terus menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Jangan sampai iman kita melemah, seiring dengan pertambahan usia kita. Jika kita ingin terus dekat dengan Tuhan, maka kita juga perlu menjaga kehidupan doa dan kerohanian kita.

Terutama bagi kita yang melayani Tuhan, kita juga perlu menjaga relasi yang baik dengan Tuhan. Seringkali karena sibuk melayani Tuhan, lalu tidak memiliki kesempatan pribadi dengan Tuhan. Tidak memiliki kesempatan untuk berdoa secara pribadi dan merenungkan firman Tuhan. Justru semakin kita banyak terlibat dalam pelayanan, maka kita perlu bersandar kepada Tuhan secara pribadi. Kita perlu menjaga relasi yang baik dengan Tuhan.

Ishak berkata kepada Esau bahwa ia sudah tua dan ia sendiri tidak tahu tentang hari kematiannya. Kita juga tidak tahu hari kematian kita. Ishak yang mengira pada saat itu sudah dekat dengan kematian, ternyata masih hidup sampai usia seratus delapan puluh tahun. Sedangkan pada saat Ishak berkata seperti itu, diperkirakan ia berusia seratus tiga puluhan tahun. Artinya ia masih hidup sampai lima puluh tahun kemudian. Sebaliknya, seringkali ada yang merasa masih muda dan masih panjang umur, ternyata dia mati muda.

Karena kita tidak tahu hari kematian kita, maka kita seharusnya bijaksana dalam mempersiapkan diri hari itu. Jangan kita menunda-nunda untuk percaya kepada Tuhan dan melakukan firman Tuhan dengan sebaik-baiknya, karena kita tidak tahu hari kematian kita. Pastikanlah bahwa kita telah memiliki jaminan keselamatan dan kehidupan kekal. Banyak orang takut dengan kematian dan ingin menghindarinya. Ketakutan itu terjadi karena kematian adalah misteri. Tetapi kematian orang percaya, sudah diberi gambaran oleh Tuhan.

Views: 24

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top