Kejadian 29:15-20
Dikisahkan bahwa Yakub sudah satu bulan berada bersama-sama di rumah Laban. Selama itu, Laban melihat bahwa Yakub sangat rajin dan pekerjaannya diberkati oleh Tuhan. Yakub menjadi seorang pekerja yang layak untuk diandalkan. Laban sadar bahwa ia mendapatkan seseorang yang hebat, yang bisa menolong dan membantunya. Laban tidak enak jika Yakub hanya bekerja saja tanpa mendapatkan upah. Laban sepertinya juga sudah bisa melihat bahwa Yakub suka dengan anaknya yang bernama Rahel.
Karena itu Laban menawarkan upah kerja yang bisa dipilih sendiri oleh Yakub. Kemungkinan Laban serba salah jika menentukan upah tersebut, sehingga Laban memberikan pilihan itu kepada Yakub. Yakub menjawab Laban bahwa ia akan bekerja selama tujuh tahun untuk mendapatkan Rahel. Laban pasti sangat senang. Ia mendapatkan keuntungan selama tujuh tahun. Ia bisa membayangkan bahwa hartanya akan memiliki potensi bertambah cukup banyak selama tujuh tahun itu. Bahkan seandainya tanpa bekerja selama tujuh tahun pun, sepertinya Laban setuju saja jika Yakub menikah dengan Rahel.
Laban memiliki dua anak perempuan, yaitu Lea dan Rahel. Dijelaskan di dalam Alkitab bahwa Lea matanya tidak berseri sedangkan Rahel elok sikapnya dan cantik parasnya. Tetapi belakangan nanti kita bisa melihat bahwa Lea memiliki karakteristik rohani yang lebih daripada Rahel. Setelah setuju dengan perjanjian itu, maka Yakub bekerja dengan sangat giat. Bahkan bagi Yakub, tujuh tahun itu dianggapnya seperti beberapa hari saja, karena cinta Yakub kepada Rahel.
Cinta merupakan kekuatan yang sangat besar. Karena cinta Yakub kepada Rahel, waktu yang panjang dianggap sebagai waktu yang sangat pendek. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa jika cinta sesama manusia memiliki kekuatan yang demikian, seharusnya cinta dengan Tuhan juga memiliki perasaan yang sama. Kita bisa membandingkan hal ini dengan Wahyu 2:4, “Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.”
Tuhan sangat rindu supaya kita mengasihi Dia. Tuhan telah terlebih dulu mengasihi kita dengan kasih-Nya yang rela berkorban. Di dalam Efesus 3:18-19 dikatakan, “Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampau segala pengetahuan. Aku berdoa supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.”
Yesus Kristus telah lebih dulu mengasihi kita dengan kasih yang sangat luar biasa. Ia memberikan diri-Nya bagi kita. Ia mati bagi kita. Kita yang sudah bertobat dan percaya kepada-Nya sewajarnya mengasihi Dia, dengan segenap kehidupan kita. Jika kita mengasihi seseorang, tentu kita berharap bahwa kasih itu tidak bertepuk sebelah tangan. Kita pasti berharap bahwa orang yang kita kasihi akan mengasihi kita juga.
Semakin besar kasih kita kepada seseorang, maka semakin besar juga harapan kita bahwa orang tersebut mengasihi kita. Tuhan pun demikian, ingin supaya kita mengasihi-Nya. Karena itu, Tuhan marah kepada jemaat di Efesus, karena mereka telah meninggalkan kasih yang semula.
Views: 18