Air Bah Mulai Surut (Jelajah PL 37)

Kejadian 8:6-11

Begitu banyak air yang sudah menutupi bumi dalam peristiwa air bah. Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa air sebanyak itu berasal dari lapisan air di atas cakrawala dan air yang terkandung dari dalam bumi. Pada waktu itu kemungkinan daratan lebih luas daripada sekarang ini. Laut tidak terlalu dalam dan pegunungan juga tidak terlalu tinggi. Di bawah permukaan bumi banyak sekali cadangan air.

Ketika air bah, air yang dari atas turun ke bawah, dalam bentuk hujan. Air yang dari bawah, menyembur keluar, sehingga muncul air yang sangat banyak. Air bah itu mulai surut, perlahan tidak lagi menutupi daratan. Di dalam Mazmur 104:6-9 digambarkan mengenai air bah dan surutnya air itu. Di ayat 8 bisa diterjemahkan bahwa gunung-gunung banyak yang meninggi, sedangkan lembah-lembah makin dalam.

Karena ada perubahan iklim, maka air juga mengalir ke kutub bumi. Muncul musim dingin, serta ada lapisan es di kutub utara dan selatan. Jika es di kutub bumi ini mencair, maka air itu akan mengalir dan menutupi sebagian daratan yang lain. Ketinggian air laut akan bertambah. Air yang dihasilkan oleh air bah itu juga dalam bentuk awan, yang sewaktu-waktu bisa membuat terjadinya hujan. Seperti itulah, air yang sangat banyak itu dibuat surut oleh Tuhan di zaman Nuh.

Setelah sampai di bulan ke sepuluh, artinya sudah kira-kira sembilan bulan mereka berada di bahtera, Nuh membuka tingkap yang ada di bahtera itu. Nuh melepaskan burung gagak, untuk mendeteksi air yang masih meliputi bumi. Burung gagak itu terbang pulang pergi, sampai air di atas bumi menjadi kering. Burung gagak ini adalah pemakan bangkai. Setelah air kering, kemungkinan banyak sekali bangkai makhluk hidup yang tersisa.

Setelah itu Nuh melepaskan seekor burung merpati untuk melihat, apakah air di bumi telah berkurang dari muka bumi. Pada saat pertama dilepaskan, burung merpati itu kembali karena tidak bisa hinggap di daratan atau tumbuhan. Burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya. Merpati tidak mau hinggap di sembarang tempat.

Setelah tujuh hari, Nuh melepaskan kembali burung merpati. Menjelang waktu senja, burung merpati itu kembali untuk mendapatkan Nuh. Pada paruh burung merpati itu, dibawa sehelai daun zaitun yang segar. Dari situ diketahui oleh Nuh bahwa air telah berkurang di atas bumi. Tumbuh-tumbuhan mulai bertumbuh dan berkembang kembali. Zaitun merupakan salah satu tumbuhan yang bisa bertahan di dalam berbagai kondisi alam.

Nuh memang tidak mendapat perintah untuk mengamankan tumbuh-tumbuhan. Diperkirakan memang banyak jenis tanaman yang mati pada saat air bah itu. Tidak semua tumbuhan bisa bertahan dengan genangan air. Tetapi di pasal sebelumnya telah dikatakan bahwa yang mati adalah makhluk yang bernafas melalui hidung. Ikan masih bisa hidup, tetapi kemungkinan banyak juga yang mati.

Kematian makhluk atau pohon-pohon itu yang saat ini disebut sebagai fosil. Fosil itu terjadi bukan karena makhluk hidup itu ada di dalam tanah selama jutaan tahun, tetapi terjadi karena air bah.  Fosil terjadi karena pengendapan yang cepat disertai dengan suhu yang dingin, pada saat terjadi air bah.

Views: 40

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top