Kebakaran Yang Dahsyat (Jelajah PB 1119)

Wahyu 18:14-19

Para pemimpin negeri di dunia ini berkata: “Sudah lenyap buah-buahan yang diingini hatimu, dan segala yang mewah dan indah telah hilang dari padamu, dan tidak akan ditemukan lagi.” Inilah keadaan yang terjadi, ketika Tuhan menghakimi Romawi. Peristiwa ini terjadi di akhir masa tribulasi, masa kesusahan besar.

Para pemimpin negeri, yang telah memperdagangkan barang-barang itu, memang telah menjadi kaya. Tetapi mereka akhirnya tidak berani melanjutkan perdagangan. Mereka berdiri jauh-jauh karena takut akan siksaan. Peristiwa ini mengingatkan kita pada kisah Sodom dan Gomora. Tuhan bisa memusnahkan bagian wilayah tertentu dengan sangat cepat. Tidak ada yang bisa menghalangi-Nya. Para pemimpin negeri tahu itu, sehingga mereka lebih memilih untuk menjauhkan diri dari Romawi modern itu.

Tidak ada gunanya manusia menyombongkan diri. Kita semua adalah ciptaan dan kita tidak akan tahan di hadapan Sang Pencipta. Dia bisa melakukan apa saja sesuai dengan kehendak-Nya. Lebih baik kita menyadari bahwa memang diri kita terbatas. Kita seharusnya bisa menyadari bahwa kita tidak akan bisa melawan Tuhan. Meskipun kita memiliki ilmu yang tinggi atau pengetahuan yang luas, tetapi tetap tidak akan bisa melawan Tuhan.

Para pedagang dan pemimpin negeri meratap dan berkata: “Celaka, celaka, kota besar, yang berpakaian lenan halus, dan kain ungu dan kain kirmizi, dan yang dihiasi dengan emas, dan permata dan mutiara, sebab dalam satu jam saja kekayaan sebanyak itu sudah binasa.” Barang-barang yang disebutkan itu menunjukkan kemewahan dari kota tersebut. Semua harta yang dikumpulkan dengan sekuat tenaga, yang telah membuat sombong itu, hilang lenyap dalam satu jam saja.

Api yang bersatu dengan angin, akan memiliki daya rusak yang kuat. Jika kota besar itu hancur dan lenyap dalam satu jam, artinya kebakaran itu sangat dahsyat. Kobaran api yang besar itu tidak akan bisa dipadamkan dengan alat pemadam kebakarang yang ada pada saat ini. Bahkan mungkin pemadam kebakaran tercanggih sekalipun, tidak akan bisa menanggulangi kebakaran yang dahsyat itu. Sampai anginnya reda dan yang terbakar sudah habis, barulah api itu padam.

Digambarkan juga bahwa setiap nahkoda dan pelayar dan anak-anak kapal dan semua orang yang mata pencahariannya di laut, mereka tidak berani mendekat. Mereka menjauhkan diri dari kota tersebut. Kita tidak bisa membayangkan, mungkin pada saat itu sekitar kota tersebut akan sangat terang karena api yang berkobar.

Para pelaut itu berseru ketika mereka melihat asap api yang membakarnya. Mereka bertanya-tanya, “Kota manakah yang sama dengan kota besar ini?” Mereka menghamburkan debu ke atas kepala mereka dan berseru sambil menangis dan meratap, katanya: Celaka, celaka, kota besar, yang olehnya semua orang, yang mempunyai kapal di laut, telah menjadi kaya oleh barangnya yang mahal, sebab dalam satu jam saja ia sudah binasa.”

Views: 27

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top